 Nabila Carmelita Bru Karo
202110230311177
Teman -- Teman semua pasti sudah tahu kata Self-diagnose tidak asing lagi kita dengar dari media sosial maupun secara langsung. Self-diagnose merupakan salah satu upaya untuk mendiagnosis diri kita sendiri secara mandiri yang diperoleh dari internet, keluarga, teman dan pengalaman yang pernah di alami.
Tentu saja di tengah Pandemi Covid 19 ini, kita Pasti sering merasa bahwa kita memiliki suatu penyakit kesehatan mental dan tentu saja banyak dari kalangan kaum millenial yang sudah bisa mendiagnosis dirinya secara mandiri dengan bekal dari link web di internet maupun pengalaman pribadi.
Dan mereka pun tidak menyadari bahwa self-diagnose tidak boleh dilakukan sembarangan tanpa dari ahli profesional maupun psikologi. Hal ini bisa berbahaya karena asumsi yang kamu dapat tersebut bisa saja salah dan dapat merusak kesehatan mental.
Misalnya, diri kamu sendiri berpikir bahwa kamu mengalami Skizofrenia karena beranggapan sering halusinasi atau mengalami kelelahan dari fisik. Padahal ternyata halusinasi dan kelelahan bisa menjadi salah satu gejala dari beberapa banyak kesehatan mental.
Itulah mengapa kita sangat disarankan untuk meminta bantuan dari tenaga ahli psikologi atau medis seperti dokter untuk mendiagnosis gejala kesehatan yang kita alami secara detail , dokter pun dapat membuat diagnosis yang tepat.
Dampak Buruk Self-Diagnosis untuk kesehatan mental
Self-Diagnosis juga bisa mempengaruhi pada kesehatan mental kita dengan gejala kekhawatiran, selain menyebabkan kekhawatiran juga ada Beberapa gangguan mental yang tidak muncul dengan sendirian melainkan disertai oleh gangguan mental lainnya. Seperti kecemasan yang juga membawa depresi.
Berikut adalah 2 dampak yang mungkin terjadi akibat menyalahgunakan self-diagnose untuk kesehatan mental kita.
1. Salah mendiagnosis
