Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Aku Menjauh dari-Mu

13 April 2020   20:10 Diperbarui: 15 April 2020   11:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi [Gn. Merbabu]

Setiap hari aku merasakan dada begitu sesak. Udara untukku bernafas tidak dapat membantu melegakan sesak di dada. Kupikir aku sedang sakit. Pernah suatu ketika memiliki riwayat sesak nafas saat duduk di bangku menengah pertama.

Saat itu aku sempat didiagnosa gejala asam lambung atau maag, begitulah kurang lebihnya. Tapi sakit itu tidak kambuh lagi semenjak itu dan ku pikir aku sakit lagi, tapi ternyata diagnosaku yang salah.

Aku merasa hidupku berantakan ketika jauh dari Allah, sang pencipta langit, bumi dan segala isinya. Tak usah jauh-jauh ku analogikan. Ketika aku bangun kesiangan dan melewatkan waktu subuh itu benar-benar membuatku sangat menderita seharian penuh.

Kau tau penyesalan apa yang paling menyesakkan di bumi ini? ya, ketika umat islam melewatkan waktu sholatnya. Itu yang aku rasakan. Begitu sesak rasanya.

Berdosa, salah, dan hina, itu yang mungkin patut aku gambarkan sebagai diriku saat ini. Aku tidak peduli sebenarnya bila orang lain melalaikan aktivitas yang sama sepertiku. Hanya saja ternyata secara kebetulan, temanku tiba-tiba bercerita bahwa ia juga merasa jauh dari Allah.

Temanku benar-benar gila karena deadline tugas kuliah yang terus mencekiknya setiap hari. Terlebih lagi pada saat musim lockdown yang mengharuskan ia kuliah online, menghabiskan kuota dengan sinyal yang tidak begitu baik.

Aku tidak pernah merasa lega ketika ada hamba Allah mengeluhkan hal yang sama sepertiku. Bukan berarti aku merasa aman ketika aku ada temannya. TIDAK! Justru itu membuatku makin tersiksa.

Mengapa kami diuji dengan membiarkan bisikan dan buaian setan yang masuk di telinga kanan tapi tidak kunjung keluar di telinga kiri. Masalahnya adalah dosa ini kami tanggung masing-masing dan tidak dapat dinegosiasi. Masalahnya adalah kami sudah baligh, "sudah" baligh lebih dari satu dasawarsa yang lalu.

Kami merasa benar-benar terlalu sibuk dengan urusan duniawi yang tak pernah kunjung ada habisnya. Aku 'merasa' sok-sok'an sibuk dengan urusan bisnisku. Temanku juga sibuk dengan urusan tugas kuliah dan ujiannya.

Kami benar-benar seperti dicekik oleh ruang dan waktu. Ataukah mungkin kami saja yang tidak dapat membaginya? Entahlah.. aku harap aku saja yang salah. Aku harap aku masih bisa mencari jalan keluar supaya tidak berlarut-larut dari urusan duniawi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun