Mohon tunggu...
Nabila
Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kamu usaha kamu bisa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keberadaan Filsafat dan Hakikat Tuhan pada Masa Abad Pertengahan

20 Desember 2022   17:43 Diperbarui: 21 Desember 2022   08:49 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Keberadaan Filsafat dan Hakikat Tuhan pada Masa Abad Pertengahan
 Nabila

Abad pertengahan merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas, teologi dipandang lebih tinggi dari filsafat. Filsafat berfungsi melayani teologi.

Tapi bukan berarti bahwa pengembangan penalaran dilarang. Itu masih tetap dilakukan, malahan mencapai perkembangan yang lebih maju, asal harus diabdikan kepada keyakinan agama. Dalam sejarah filsafat Barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode, yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting.

Masa Patristik

Timbulnya agama Kristen pada awal abad Masehi memberikan warna baru bagi pemikiran di Barat. Kalau pada masa sebelumnya yaitu pada zaman Yunani Kuno, pemikiran para filsuf lebih diarahkan pada alam semesta (kosmosentris), namun pada masa ini lebih bersifat teosentris, yaitu pemikiran lebih diarahkan pada keagamaan atau ketuhanan.

Berbeda dengan zaman Yunani Kuno, zaman Abad Pertengahan ditandai dengan berbagai bentuk Dualisme, seperti: Dualisme antara kaum agama dengan masyarakat umum, Dualisme antara kerajaan Tuhan dengan kerajaan duniawi, Dualisme antara roh dan tubuh. Semua bentuk Dualisme diwakili oleh Dualisme antara Paus dengan Kaisar.

Salah satu tokoh zaman Patristik adalah Aurelius Augustinus (354-430 M), yang sering disebut dengan St. Augustinus. St. Augustinus merupakan filsuf pertama yang merefleksi makna sejarah dari sudut teologis. Augustinus menolak pandangan sejarah yang bersifat siklis, karena tidak sesuai dengan kitab suci Injil.

 Dalam kitab suci dijelaskan bahwa waktu dan dunia diciptakan Tuhan pada saat yang bersamaan sehingga segala peristiwa yang bersifat Siklis merupakan hal yang tidak mungkin. Dalam pandangan tradisi Kristiani dikatakan bahwa di samping dunia sekarang ini masih ada dunia yang lebih baik di hari kemudian. Augustinus meyakini akan adanya dua dunia (kerajaan), yaitu kerajaan Tuhan (The City of God) dan kerajaan setan (The City of Devil) yang terdapat dalam bukunya De Civitae Dei.
Kerajaan Tuhan merupakan kumpulan malaikat dan manusia yang baik, sedangkan kerajaan setan merupakan kumpulan dari setan-setan dan dosa. Dalam kerajaan Tuhan adanya rasa cinta terhadap Tuhan, sebaliknya dalam kerajaan setan menganggap Tuhan sebagai saingan. Agustinus juga mengatakan bahwa gerak sejarah bukan proses berputar yang tidak ada ujung pangkalnya seperti gerak roda, tetapi suatu proses yang bergerak di bawah bimbingan Tuhan dari suatu titik permulaan menuju titik akhir yang menjadi tujuannya.

Caranya harus melalui pembersihan dosa dan kemudian mendekatkan diri dengan Tuhan. Menurut Augustinus, setiap orang mempunyai dorongan jahat dan baik yang berbeda (Individual Difference). Untuk mengetahui dorongan baik dan jahat tersebut harus dengan menyadari dirinya (Introspeksi).

Masa skolastik
Pemikiran zaman Skolastik ini berbeda sekali dengan zaman sebelumnya, yaitu zaman Patristik. Zaman Skolastik menggambarkan suatu zaman yang baru, ditengah-tengah rumpun bangsa yang baru yaitu bangsa Eropa Barat. Pemikiran yang baru ini dinamakan Skolastik. Untuk memahami pemikiran Skolastik dapat dilihat dari aspek lingkungan ilmu pengetahuan dan aspek religi (keagamaan).

Dilihat dari aspek religi, masyarakat abad pertengahan menganggap bahwa kehidupan di dunia sebagai persiapan perjalanan menuju ke dunia lain (surga). Bagi manusia abad pertengahan, Nabi Isa (Yesus)  adalah pembebas dan pembahagia yang akan menolong umat manusia menuju surga. Aspek keagamaan ini yang menjadi dasar pemikiran Skolastik pada abad pertengahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun