Pertumbuhan jumlah anak jalanan merupakan salah satu dampak negatif pembangunan, khususnya pembangunan perkotaan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang kian hari kian bertambah sehingga menimbulkan jumlah angka kriminalitas juga ikut bertambah. Banyaknya anak-anak yang terlantar di jalanan, baik itu sebagai pengamen, pedagang asongan, pengemis, dan lainnya adalah salah satu bukti masih buruknya kondisi sosial ekonomi bangsa kita.Â
Anak jalanan adalah fenomena nyata bagian dari kehidupan, fenomena nyata yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak jalanan diabaikan dan tidak dianggap ada oleh sebagian besar masyarakat, terutama masyarakat awam. sebagian besar dari mereka adalah anak yang berusia dibawah 18 tahun atau anak yang masih aktif dan masih labil, sehingga memerlukan bimbingan yang lebih dari lingkungan sekitarnya.
Adanya kesenjangan sosial dalam kehidupan juga membuat mereka semakin terasingkan, pertumbuhan pendidikan di indoesia yang masih memandang rendah anak jalanan membuat semuanya semakin sulit bagi mereka. Tak hanya itu, anak yang seharusnya menjadi anugrah dan kebahagiaan istimewa bagi orang tua justru sebaliknya. Mereka yang terlahir dengan cacat mental membuat sebagian orang tua sedih dan enggan untuk mengakui keberadaannya. Saat ini kehidupan realita dengan memiliki anak yang cacat mental membuat mereka kesulitan dalam menjalani hidup, tak banyak dari mereka yang dapat menerima perlakuan baik dari orang-orang disekitarnya.
Disetiap UPTD yang berada dibawah naungan Dinas Sosial Surabaya memiliki fasilitas yang sama dan memadai. Selain kebutuhan sehari-hari yang sudah dipenuhi, pelayanan dalam kesehatan juga disediakan, tak hanya itu ada pelayanan yang dinamakan kreativitas seperti ekstrakulikuler disekolah. Bagi anak-anak jalanan atau penyandang disabilitas mereka dibrian guru untuk melatih ketrampilan mereka masing-masing.