Mohon tunggu...
Asagift
Asagift Mohon Tunggu... Penulis - Guru

Ini adalah cara saya mengingat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari yang Damai Ketika Mengingat Ayah

1 Juli 2022   09:37 Diperbarui: 1 Juli 2022   09:45 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore hari, saat pulang setelah mengerjakan tugas projek kuliah, ayah saya mengirim pesan "Nak, kamu sibuk hari ini?" Saya bersikeras menutupinya. Saat-saat dimana saya sedang sibuk adalah saat-saat yang harus saya lupakan terutama untuk orangtua saya. Saya berkata dalam hati, "Ayah, tolong telpon saya sebanyak yang kamu mau. Katakan nasihat apapun bahkan ucapan yang tidak masuk akal sekalipun tak apa."

Saya bersyukur dengan hari-hari dimana ayah menelpon, hari-hari dimana saya memikirkan ayah, hari-hari dimana saya mengingat malaikat tak bersayap itu adalah hari-hari yang damai.

Suatu hari saya pernah bertengkar dengan ibu saya dan saya berteriak padanya karena saya tidak mau makan siang di rumah. Saya pergi keluar dengan teman-teman dan makan bersama mereka. Setelah sampai di rumah, saya ragu-ragu untuk menemui ibu sehingga langsung bergegas masuk ke kamar dan menonton TV.

Lalu, ayah saya datang dan bertanya mengapa saya tidak makan siang di rumah.

Saya mengatakan kepadanya bahwa saya sedang makan dengan teman-teman di luar dan tidak ingin makan makanan yang dimasak oleh ibu karena saya sedang bertengkar dengannya.

Beliau mendengarkan apa yang saya katakan dan memberi tahu saya.

"Nak, kamu tahu? Kadang-kadang ayah juga tidak suka apa yang ibumu katakan atau entah apa yang dia lakukan, tetapi apakah kamu pernah melihat ayah meneriakinya atau bertengkar dengannya?" tanyanya.

Saya berpikir. "Emm, tidak yah,' jawabku.

Ayah lalu berkata, "Jika kamu atau ayah atau kakakmu sedang bersama ibumu, kita bisa langsung pergi bersama teman atau rekan kerja kita untuk makan, pulang, dan pulang kapan pun kita mau. Tapi pernahkah kamu memikirkan ibumu ketika kamu berteriak padanya? Dia akan duduk dan berpikir sepanjang hari mengapa kamu meneriakinya dan dia tidak mau makan sepanjang hari. Jadi pikirkan sebelum kamu meneriakinya atau melawannya. Kamu memiliki dunia sendiri di luar sana untuk pergi bersama teman-teman, tetapi bagi ibu, dunianya adalah kamu dan kakakmu. Ketika salah satu dari kita meneriakinya, dunianya akan hancur. Bagi kamu itu hanya masalah yang berlangsung beberapa detik. Jadi, jika kamu bisa memeluknya meski sebentar saja, kamu akan membuatnya selalu bahagia."

Saya menunduk. "Jangan pernah menyakiti ibumu," ucap ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun