Mohon tunggu...
Asagift
Asagift Mohon Tunggu... Penulis - Guru

Ini adalah cara saya mengingat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suara Perdamaian di Tengah Ambisi Kekuasaan

19 November 2020   11:42 Diperbarui: 19 November 2020   12:15 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai masyarakat yang tidak tahu apa-apa, saya sedih, mungkin sudah sangat jenuh melihat kondisi negeri akhir-akhir ini. Luluh lantak terbagi dalam kubu-kubu koalisi. 

Tidak lagi melihat bahwa kita juga sedang susah karena pandemi. Lambat laun, api kebencian terus berkobar di seluruh sektor penting negeri, terutama sektor masalah perut kami, sektor ekonomi. 

Dari problematika undang-undang yang semakin meresahkan para buruh negeri hingga pelanggaran protokol kesehatan di hajatan orang penting dan yang terbaru dua kubu yang hitam dan putih mengaku saling membenci. Indah sekali negeriku ini, kepercayaan jadi penentu kedudukan seorang, kemiskinan menjadi kunci dalam hak politik seseorang, hingga undang-undang yang menjadi tak berguna karena pelanggaran berjuta-juta dibolehkan.

Sampai pada akhirnya matikan televisi dan koneksi  gawai menjadi penyelesaian tertinggi  guna mendamaikan hati. Sejenak berdiskusi nurani. Apa yang terjadi dan mengapa dapat terjadi. Mengapa negeri ini terpecah belah, tercerai berai, terbagi menjadi banyak kubu dan terpisah dengan perbedaan yang sangat mencolok di setiap "ajaran yang  benar" dengan semudah itu? 

Bukankah Tuhan telah memberi tahu melalui nenek moyang kita  bahwa negeri ini tercipta dari orang-orang cerdas yang dulu hidupnya juga dilalui dengan banyak perbedaan, dengan banyak multitafsir, dengan banyak ke-"gapapa"-an jika berbeda dan dengan ajaran yang baik nan santun? 

Bung Karno pernah bilang kan bahwa masa perjuangan beliau itu lebih mudah dibandingkan masa yang kita lalui ini karena kita sedang melawan saudara sendiri. 

Sadar tidak sadar perpecahan ada karena keegoisan dan ketidaksabaran kita mendapatkan rezeki yang kita mau dan keegoisan itu ada karena latar belakang kebutuhan hidup. Begitu pula keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup ada karena latar belakang pendidikan negeri ini. 

Alur itu pun bermuara pada apa sih tujuan hidup kita sebenarnya. Semenjak kecil, apa sih yang diajarkan orangtua pada kita? Lalu apa sih yang diajarkan nenek kakek kita kepada orangtua kita? Apakah kita tidak boleh berbeda? Apa kita harus sama?

Merujuk pada pertanyaan tersebut tolong pejamkan mata sebentar. Ambisi apa lagi yang dibutuhkan? Untuk apa dan mengapa. Pikirkan sejenak kembali. Tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja. 

Provokasi dan ambisi untuk diri sendiri itu tidak baik. Tuhan tidak suka apabila umatnya mengaku-ngaku menjadi orang yang paling baik diantara orang yang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun