Tidak terasa tulisanku di Kompasiana sudah mencapai 100 artikel. Awal mula hanya iseng belaka untuk mengembangkan kemampuan menulis malah menjadi candu tersendiri.
Aku menulis artikel ini saat berada di Semarang kota yang penuh sejarah di masa lampau dan terkadang Semarang menjanjikan masa depan juga.Â
Datang ke inti kota Jawa Tengah ini dengan perasaan yang tidak menentu. Walau belum pernah bertempat tinggal disini namun, nama Semarang cukup membuat trauma di masa lalu.Â
Dan hari ini aku datang untuk mengukir kisah masa depan yang sedang diusahakan. Dipertemukan dengan keadaan seperti itu aku disadarkan kalau aku diarahkan oleh Maha Kuasa untuk membenahi dan menghadapi trauma ku terdahulu. Memang maha baik Allah pada hambanya yang satu ini.Â
Aku menulis artikel ini dengan membawa perasaan yang penuh harap. Sebenarnya masih baru dalam hal kepenulisan. Namun, Kompasiana memberikan ruang untukku dalam kepenulisan. Rasanya menulis 100 artikel itu cukup membanggakan dan ada rasa ternyata aku bisa. Ya walaupun ada beberapa artikel yang penuh typo. Dan ada satu artikel yang dihapus oleh pihak Kompasiana. Aku terlalu mengutip tanpa parafrase yang pada akhirnya muncul menjadi plagiasi.Â
Tentunya aku tidak kecewa dengan itu sebaliknya berarti tulisan kita para penulis di Kompasiana dibaca dengan baik oleh pihak editornya.Â
Hal lain yang aku ingin bagikan adalah dari 100 artikel di Kompasiana akhirnya ada artikel ku yang masuk kategori Artikel Utama.Â
Terima kasih apresiasinya para editor Kompasiana yang menasbihkan artikel ku sebagai Headline. Walau hanya 1 artikel namun dampaknya memberikanku kepercayaan diri untuk tetap konsisten menulis.Â
Target untuk mendapatkan Headline sudah terpenuhi. Target selanjutnya adalah K Reward. Pertempuran untuk masuk memenuhi persyaratan K Reward sepertinya akan aku mulai.Â
Dan sekali lagi terima kasih Kompasiana
