Mohon tunggu...
Si Penonton Layar
Si Penonton Layar Mohon Tunggu... Apoteker - Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbanggalah untuk Hidupmu

31 Agustus 2022   17:14 Diperbarui: 18 November 2022   08:31 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olena-sergienko-DmeZC9riGkk-unsplash  

Adakah yang pernah merasakan hidup itu bagai kompetisi?

Tidak bisa dipungkiri ada sisi ingin lebih baik dari yang lain. Mau menyangkal namun sebatas lisan tapi, kalau membahas hati secara insan nyatanya kita manusia selalu membandingkan. 

Sisi baik dari membandingkan diri adalah kita menjadi terpacu untuk melakukan suatu hal. Ingin melakukan pembuktian dan berharap pengakuan. Apakah itu salah? tentu tidak. Namun yang perlu diingat adalah manusia merupakan makhluk yang kompleks. 

Manusia memiliki naluri, logika, perasaan, insting yang berada dalam satu raga. 

Kita bisa saja melakukan hal yang diluar logika untuk memenuhi kebutuhan perasaan kita. Kita bisa saja menjadi manusia yang dingin karena mengedepankan logika. 

Nyatanya menjadi manusia itu pelik dan rumit. Dulu sewaktu kecil saat masih di taman kanak-kanak ada insiden yang tidak pernah aku lupakan. 

Ada seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang datang ke sekolah kami. Ia tampak lusuh, dan di pergelangan tangannya ada rantai yang mengikat. Bisa jadi ia pernah dipasung. Untungnya para guru kami sigap semua anak murid langsung dibawa ke kelas masing-masing. Terlihat sosok itu sedang bermain-main dengan jungkat jungkit sambil bernyanyi.

Setelah dari kejadian itu aku lewatkan saja. Namun saat dewasa aku mulai mengingat-ingat kembali kenapa yah orang itu? Kemudian aku berpikir memangnya orang bisa hilang akal karena stress?. 

Dan pada akhirnya setelah cukup dewasa dan mulai banyak pengalaman aku meyakini ya manusia bisa hilang akalnya karena, stress. Ternyata sesulit itu menjadi manusia. 

Tekanan kehidupan yang berlapis lapis hinggap dari atas kepala hingga ujung kaki. Menyadari tuntutan kehidupan yang begitu sulit membuat kita membandingkan diri dengan orang sekitar kita. Kita berpikir bahwa didunia ini kitalah tokoh utamanya bukan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun