Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Fajruddin
Muhammad Nabhan Fajruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang Ilmu

Mahasiswa di UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Aku Ada, Maka Aku Berpikir"

27 September 2022   13:19 Diperbarui: 27 September 2022   13:44 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Diolah penulis

Oleh: Muhammad Nabhan Fajruddin

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali peristiwa yang membuat manusia berpikir. Mulai dari hal yang sepele seperti peristiwa daun-daun berguguran, mekanisme metabolisme tubuh, hingga peristiwa-peristiwa besar seperti terjadinya alam semesta, terjadinya kerusakan alam, dan lain sebagainya. 

Semua peristiwa tersebut merangsang manusia berpikir jika memiliki kepekaan dengan llingkungan sekitar. Akal yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia menjadi suatu sunnatullah yang memang demikian adanya, tergantung manusia menggunakannya.

Akal merupakan senjata yang tajam dalam menjalani realitas kehidupan di muka bumi ini. segala kemajuan peradaban manusia dari zaman batu hingga zaman digital yang serba canggih ini, tidak lepas dari penggunaan akal yang dipergunakan dengan semestinya oleh para ilmuan-ilmuan. 

Tentunya, wujud nyata dari dampak positif akal salah satunya adalah kemaujan teknologi dan peradaban. Dengan kemajuan teknologi manusia dapat menjalin komunikasi melintasi ruang dan waktu, manusia dapat berpindah tempat dengan cepat, dan segala bentuk kemudahan yang lain.  

Tuhan memberikan anugerah berupa akal agar digunakan untuk berpikir. Berpikir tentang semua kejadian yang ada di alam semesta ini, menyikapi realitas agar dapat berguna bagi kehidupan semua manusia. Output dari pemikiran yang jernih dan bijak adalah kebermanfaatan dan kemaslahatan bersama. Bukan, sesuatu akal yang digunakan untuk ngakali yang konotasinya adalah negatif yang merugikan dan merusak suatu keharmonisan kehidupan manusia.

Descrates mengatakan Cogitu Ergo Sum yang menjadi quotes popular dalam mempelajari filsafat. "Aku berpikir, maka aku ada" menginterpretasikan bahwa semua akan eksis ketika manusia menggunakan akalnya untuk berpikir. Namun, bagaimana kalimat tersebut jika dibalik menjadi "aku ada, maka aku berpikir", maka kalimat tersebut menginterpretasikan hakikat kehidupan yang sebenernya adalah untuk senantiasa berpikir.

Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai peneliti atas dirinya sendiri. Dalam kitab Sirur Asrar dikatakan, pada saat sebelum bersatunya ruh dan jasad, ruh sudah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di dunia. 

Namun, setelah Tuhan mempersatukan ruh dan jasad, Tuhan membuat lupa ingatan ruh tentang apa yang harus ia lakukan di dunia. Itu yang menjadikan bayi yang baru lahir menangis, karena si bayi sedih segala ingatan yang dialaminnya sudah dihilangkan oleh Tuhan.

Oleh karena itu, manusia lahir ke dunia tugas utamanya adalah meneliti ingatan lama yang hilang ketika ruh bersatu dengan jasad. Hanya satu ayat yang dibocorkan oleh Tuhan yakni perjanjian primodialisme ruh dengan Tuhan. Tuhan berfimran Alastu birabbikum, ruhpun menjawab dengan qolu bala syahidna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun