Mohon tunggu...
Nabaa Aflah
Nabaa Aflah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menumbuhkan Semangat Belajar Anak

19 Maret 2018   21:33 Diperbarui: 19 Maret 2018   21:43 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua manusia sejatinya adalah seorang pembelajar, tetapi masalahnya kita secara tak sadar sering memberikan perlakuan tak menyenangkan ketika anak belajar atau mungkin kita sewaktu kecil pernah mendapat stimulasi tidak menyenangkan semasa kecil. Contohnya, saat anak kecil Berumur sekitar setahun mereka biasanya ingin memasukan semua barang kedalan mulutnya. 

Yang sering terjadi adalah orang tua melarang si anak secara verbal sambil menarik barang tersebut ini bisa dikategorikan perilaku tidak menyenangkan bagi si anak. Lalu ketika anak sedang belajar berjalan banyak larangan dari pihak orang tua atau pengasuh, padahal ini adalah proses belajar si anak untuk mengisi informasi di otaknya.

Ketika sudah mulai berbicara  dengan banyak bertanya jawaban yang didapatkan mungkin tidak mengenakan untuk anak. Bisa jadi ini karena faktor kelelahan saat mengasuh atau capek memberikan penjelasan yang berulang-ulang. Saat melihat barang baru di rumah dan anak ingin mengetahui lebih dekat dan memegangnya. Orang-orang dewasa disekililingnya malah menjauhkan barang tersebut karena takut rusak atau mencederai anak. Dari seluruh contoh tadi apakah yang membuat anak malas belajar? 

 Kemudian ada seorang anak berusia 9 tahun, sebut saja namanya aflah, orangtuanya mengeluhkan anaknya yang tidak suka belakar dan sudah mendapat peringatan dari gurunya. Namun ketika ditanya tentang hobinya, aflah dengan sigap menjawab hobinya adalah sepak bola, dan tim kegemarannya adalah Real Madrid. Bahkan dia hafal seluruh pemain inti dan pemain cadangan. 

Siapa pelatih dan asistennya, nomer punggung pemain, tanggal ulang tahun serta daftar pencetak gol, pemberi assist dan poin klasemen, liga beserta urutannya. Luar biasa bukan? Ini menunjukkan tidak ada masalah dengan otak aflah, masalahnya datang dari sumber yang lain. 

Mengapa ada anak yang kalau untuk mata pelajaran otaknya seolah tidak berfungsi tetapi bisa menghafal semua hal penting  tentang klub idolanya. Anak ini tentu tidak bodoh malah bisa disebut pandai. 

Hanya saja perlakuan yang didapat aflah membuat dia malas belajar, lalu spa yang harus dilakukan orang tua supaya anak mudah belajar? Yahoo pertama perbaikan adalah dari orangtuanya terlebih dahulu. Untuk anak sekecil itu, orang tua memegang peranan penting dalam masa tumbuh kembang anak serta membantu sekali untuk mengatasi masalah anak. Lalu komunikasi dengan cinta dalam setiap didikannya. 

Seorang pakar pendidikan, Timothy Wibowo memberikan beberapa kiat supaya anak bisa menjadi rajin dan mudah belajar disekolah, disini ada beberapa tipsnya; 

1. Saat anak pulang sekolah, tanyakan apa saja hal yang menyenangkan hari itu, otomatis anak akan mencari hal-hal menyenangkan disekolah dan secara tidak langsung membentuk mindset anak bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.

2. Ketika anak tidur masukin sugesti positif dengan mengatakan bahwa belajar adalah  hal menyenangkan. Belajar sama menyenangkannya bermain atau berhitung dan menghafal itu sangat mudah. Ini salah satu bentuk hypnosleep positif pada anak. 

3. Jelaskan guna materi pelajaran yang sedang dikerjakan, sesuai penjelasan dengan materi anak, misalnya dengan belajar perkalian, maka anak dapat menghitung jumlah koleksi mainannya atau menghitung sendiri harga action figure Di sebuah supermarket dan membandingkannya dengan harga di Mall lain. Atau jika mahir bahasa jepang maupun inggris maka menonton anime tak perlu menggunakan subtitle dan dapat membaca komik aslinya yang langsung berbahasa asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun