Honestly saya benar-benar nggak ngerti kenapa orang-orang pada "panic buying" dengan borong beras, mie instan dan sejenisnya. Kalau hand sanitizer dan masker mendadak laris dan langka, saya masih mewajarkannya, karena sebagain tindakan preventif. Begitu pula dengan laris dan langkanya rempah-rempah semacam jahe dan temulawak, saya pun merasa wajar, karena beberapa waktu lalu seorang Profesor menganjurkan untuk konsumsi mpon-mpon (minuman racik yang berisi rempah-rempah tertentu) sebagai tindakan preventif juga.
Tapi kalau aksi borong beras dan mie instan itu gimana ya? Saya nggak habis pikir. Kenapa diborong sih? Emangnya di rumah cuma mau makan nasi sama mie instan? Hello, kan masih ada restaurant cepat saji, warteg atau bahkan gofood/grabfood! Â Masa' beli beras seabrek-abrek bisa, beli delivery food nggak bisa?
Lalu coba perhatikan siapa yang borong beras dan mie instan itu? Lihat saja di media online banyak foto-foto yang bertebaran. Bukan di pasar tradisional yang becek dengan penjual yang pakai kaos dalam doang kan? Foto borong beras dan mie instan itu berlatar belakang tempat di supermarket-supermarket dengan pembeli yang mukanya kinclong-kinclong akibat kosmetik. Duh Gusti, ini orang-orang pada mikir nggak sih apa efeknya mereka borong begitu? Memang sih kejadiannya di supermarket, tapi tetep aja itu ngaruh juga ke pasar tradisional! Lah situ enak bisa beli beras sekali beli 1-2 juta rupiah, lah yang biasa cuma punya 30 ribu per hari untuk makan, gimana mau beli berasnya? Duh emosi nih jadinya!
So please guys, jangan cuma muka aja yang kinclong, otak dan hati juga perlu dirawat! Jangan panik! Tenang. Jangan egois! Kalem aja. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Ini kasus nasional (bahkan dunia), maka kita harus saling membantu, bukan mikirin diri sendiri aja.