Setiap fajar adalah antara, seperti halnya senja yang selesai pada rintik hujan hari ini. Bagaimana malam datang sesungguhnya antara-lah yang berperan. Senja lahir dan malam menyeruak.
Siang tak pernah seketika gelap dan malam tiba-tiba menjemak tanpa sebuah antara. Mungkin karena itulah, bayang-bayang mampu menegaskan kehadiran cahaya sebab sinar yang jatuh pada sebuah benda. Bayang-bayang jadi wujud dan sinar jadi semakin jelas. Maka benda sebagai antara menjadi begitu penting sebagai penanda, sebagai pembatas.
Konon, burung Hudhud pernah mengabarkan tentang sebuah negeri kaya pimpinan ratu yang menyembah matahari. Sebab alasan inilah kemudian Hudhud tak jadi disanksi atas ketidakhadirannya. Apa yang kemudian lahir sebagai sebuah cerita sebenarnya tak jauh dari peran Hudhud sebagai antara; bagaimana ia mengabarkan, mengirim surat dan menjadi kamera perekam seluruh aktifitas negeri seberang itu.
Perkenalan yang kemudian menjadi cinta. Siapakah yang harusnya tak boleh dilupakan? Hudhud, tentu saja! Penyambung rasa penasaran nabi Sulaiman dan kekhawatiran Bilqis. Atau juga seperti kisah perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa yang menguatkan peran sebuah antara. Kesetiaan untuk sabar atas segala keingintahuan sebelum dijelaskan oleh Nabi Khidir adalah antara yang menjadi penyambung menariknya kisah ini. Tetapi antara memang hanya sebuah wakil dari keinginan. Jadilah, ketika antara sudah keluar dari fungsi, keterwakilan berbalik. Antara yang dalam cerita itu berupa 'sabar atas segala keingintahuan' menguap oleh isykal-isykal Nabi Musa.
Sejarah kita juga punya catatan menarik. Bung Karno yang disebut sebagai ‘penyambung lidah rakyat’ tak lain juga merubakan bentuk fungsi sebuah antara. Ia menampung suara rakyat dan lalu memuntahkannya ke hadapan dunia. Inilah antara. Bung Karno adalah kita dan ia adalah perwujudan kita. Kita dan Bung Karno seperti tak mengenal sekat; kita buktikan dengan memanggilnya ’bung’-ini juga menjadi bukti adanya peran antara. Juga sebuah puisi ini;
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada