Mohon tunggu...
N Shalihin Damiri (Bin)
N Shalihin Damiri (Bin) Mohon Tunggu... Penulis - Asal Madura

Bernama lengkap N Shalihin Damiri. Kelahiran Madura. Menulis hal-hal usil. Juga cerpen, puisi dan esai. Cerpen yang sudah dibukukan termaktub dalam Antologi Cerpen Majalah Ijtihad Nama Saya Santri (2014). Santri tulen. Sedang nyantri di PP. Sidogiri Pasuruan. Aktif di Majelis Sastra Kun!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara

21 Februari 2016   08:11 Diperbarui: 21 Februari 2016   09:17 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap fajar adalah antara, seperti halnya senja yang selesai pada rintik hujan hari ini. Bagaimana malam datang sesungguhnya antara-lah yang berperan. Senja lahir dan malam menyeruak.

Siang tak pernah seketika gelap dan malam tiba-tiba menjemak tanpa sebuah antara. Mungkin karena itulah, bayang-bayang mampu menegaskan kehadiran cahaya sebab sinar yang jatuh pada sebuah benda. Bayang-bayang jadi wujud dan sinar jadi semakin jelas. Maka benda sebagai antara menjadi begitu penting sebagai penanda, sebagai pembatas.

Konon, burung Hudhud pernah mengabarkan tentang sebuah negeri kaya pimpinan ratu yang menyembah matahari. Sebab alasan inilah kemudian Hudhud tak jadi disanksi atas ketidakhadirannya. Apa yang kemudian lahir sebagai sebuah cerita sebenarnya tak jauh dari peran Hudhud sebagai antara; bagaimana ia mengabarkan, mengirim surat dan menjadi kamera perekam seluruh aktifitas negeri seberang itu.

Perkenalan yang kemudian menjadi cinta. Siapakah yang harusnya tak boleh dilupakan? Hudhud, tentu saja! Penyambung rasa penasaran nabi Sulaiman dan kekhawatiran Bilqis. Atau juga seperti kisah perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa yang menguatkan peran sebuah antara. Kesetiaan untuk sabar atas segala keingintahuan sebelum dijelaskan oleh Nabi Khidir adalah antara yang menjadi penyambung menariknya kisah ini. Tetapi antara memang hanya sebuah wakil dari keinginan. Jadilah, ketika antara sudah keluar dari fungsi, keterwakilan berbalik. Antara yang dalam cerita itu berupa 'sabar atas segala keingintahuan' menguap oleh isykal-isykal Nabi Musa.

Sejarah kita juga punya catatan menarik. Bung Karno yang disebut sebagai ‘penyambung lidah rakyat’ tak lain juga merubakan bentuk fungsi sebuah antara. Ia menampung suara rakyat dan lalu memuntahkannya ke hadapan dunia. Inilah antara. Bung Karno adalah kita dan ia adalah perwujudan kita. Kita dan Bung Karno seperti tak mengenal sekat; kita buktikan dengan memanggilnya ’bung’-ini juga menjadi bukti adanya peran antara. Juga sebuah puisi ini;

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun