Mohon tunggu...
Naufal Azmi
Naufal Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

hidup!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Polemik Dakwah: Mad'u Tidur Ketika Da'i Ceramah

13 Juli 2022   06:28 Diperbarui: 13 Juli 2022   06:38 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi/beritatagar.id

Da’i dan mad’u merupakan simbiosis komunikasi yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Keduanya saling memiliki keterkaitan dalam segala aspek berkomunikasi.

Hubungan antara da’i dan mad’u ini dapat diuraikan dalam teori hubungan interpersonal. Hubungan ini merupakan suatu hubungan yang memiliki keterkaitan antar pihak. Hubungan interpersonal antara da’i dan mad’u ini terbagi menjadi tiga model pembagian.

Pertama, model pertukaran sosial. Model ini memandang da’i dan mad’u selayaknya penjual dan pembeli  Seorang penjual membutuhkan pembeli agar dagangannya laku begitupun sebaliknya. Sama halnya, seperti mad’u yang membutuhkan ilmu dari da’i.

Kedua, model peranan. Dalam model peranan, da’i dan mad’u dianalogikan seperti permainan sandiwara. Da’i bertugas berdakwah di depan umum dan mad’u sebagai penonton sekaligus pengkritik.

Ketiga, model permainan. Model ini membagi suatu hubungan menjadi tiga kepribadian pada diri manusia, yaitu kepribadian orang tua, kepribadian orang dewasa, dan kepribadian anak-anak.

Jika seorang da’i dalam hubunganya dengan masyarakat mad’u menunjukan kepribadian pemaaf, penyayang dan pengayom masyarakat, maka ia diperlakukan orang sebai orang tua (sesepuh) yang disegani.

Jika ia menunjukan kepribadian sebagai orang terampil, aktif dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah-masalah penting, maka ia diperlakukan orang sebagai orang dewasa. Tetapi jika seorang da’i manja, tidak sabaran dan lebih menyukai kesenangan, maka ia diperlakukan orang sebagai anak-anak.

Dari ketiga model tersebut, membuktikan bahwasannya da’i dan mad’u saling berkaitan satu sama lain. Namun, tak luput pula mengenai beberapa kasus yang justru mencederai hakikat da’i, seperti satu contoh kasus yakni ketika seorang da’i yang mulutnya penuh busa karena telah banyak melontarkan kata-kata, sedangkan si mad’u duduk tengkurap dengan mulut yang penuh liur karena ketiduran. Kejadian tersebut banyak terjadi ketika khutbah shalat Jum’at.

Entah kipas angin atau air conditioner masjid yang semriwing, atau penyampaian da’i kurang semangat menggelora. Hal ini menyebabkan berkurangnya konsentrasi mad’u terhadap objek materi yang disampaikan oleh da’i dan berakhir ngorok.

Para Ulama berbeda pendapat mengenai apakah tidur ketika berlangsungnya khutbah jum’at dapat membatalkan wudhu atau tidak. Namun, tidur ketika khutbah sedang berlangsung sangat mengurangi rasa hormat terhadap da’i yang berbicara di atas mimbar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun