Mohon tunggu...
Afifah Mazaya
Afifah Mazaya Mohon Tunggu... Koki - Blogger

Environmental enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Well-Behaved" Bukan Soal Kasta

13 Januari 2020   23:55 Diperbarui: 15 Januari 2020   02:00 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Contoh yang paling banyak mungkin urusan mengirim e-mail. Formal dan nonformal masih banyak yang bias. 

Jiwa SKSD juga aku rasa perlu pertimbangan ulang. Penggunaan kata "kamu" mungkin tampak bisa membuat hubungan formal menjadi lebih santai. Namun, nggak semua orang mau di-"kamu-kamu"-kan.

Sopan santun kadang-kadang dinilai sebagai pengekang. Menurutku, sopan santun termasuk common sense. Perilaku baik nggak ada hubungannya dengan pengekangan. 

Well-behavior bisa menjadi timbal balik baik juga bagi diri sendiri.

Contohnya dosenku itu. Dosen yang baik banget. Saking baiknya, bikin nyaman semua mahasiswa. Kalau mahasiswa angkatanku nggak ada yang pernah bermasalah dengan beliau, aku rasa itu karena memang ingin menghargai beliau. Bukan karena takut seperti akibat dari ruling by fear. 

Pun, aku yang hatinya belum bersih-bersih banget ini, sama sekali nggak kepikiran mengata-ngatai beliau walau sudah diminta menunggu sambil panas-panasan di depan sekolah terkenal. Kalau orang lain yang meminta menunggu, entahlah.

Hal-hal semacam cara bersikap mungkin perlu dibiasakan dari rumah, ya. Yang pertama, melalui contoh, tentunya.

Tapi, kalaupun di rumah bebas, tetap saja perlu ada saatnya muncul reminder untuk well-behaved. Supaya ingat bahwa di luar sana manusia beragam. Jadi, semua orang perlu perlakuan setara. Setara yang bagaimana? Setara yang baik.

Misal, di rumahku. Mungkin orang bisa terkejut mendengar cara kami memanggil masing-masing. Tapi, selalu ada reminder untuk nggak berbuat aneh-aneh. Sounding yang sering itu hasilnya tampak ketika di luar rumah. Dan, karena dilakukan bukan ala diktator, jadi menerapkannya pun terasa biasa saja seperti hal umum.

Walau begitu, mungkin ada saatnya kami agak absurd di luar. Kalau kejadian seperti itu, tolong diingatkan, ya.

Di era rebahan, mungkin makin banyak yang ingin serba santai. Termasuk cara berperilaku terhadap orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun