Mohon tunggu...
M Zenal Abidin
M Zenal Abidin Mohon Tunggu... Freelancer - manusia yang masih banyak belajar

mahasiswa S1 Ilmu Peternakan Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kambing Boerka, Genotipe Baru Hasil Persilangan Kambing Boer dan Kambing Lokal

30 Juni 2019   19:50 Diperbarui: 30 Juni 2019   20:12 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kambing Boerka merupakan genotipe baru hasil persilangan antara kambing lokal dan kambing boer yang memliki reproduktivitas, kapasitas bobot daging tinggi dan mudah beradaptasi dengan kondisi tropis di Indonesia. Reproduktivitas kambing boerka berasal dari kambing lokal ( kambing kacang), bobot daging berasal dari kambing Boer. Kambing ini berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor yang menuntut spesifikasi bobot tubuh yang sulit dicapai oleh jenis kambing lokal.

Kambing Boerka memiliki ciri warna bulu coklat atau hitam pada bagian kepala sampai leher dan warna dominan putih pada bagian badan sampai kaki. Bobot lahir Boerka sekitar 2,6--2,8 kg, lebih tinggi dari bobot lahir kambing kacang yang berkisar antara 1,6--1,8 kg. Bobot sapih Boerka antara 10--12 kg, sementara Kambing Kacang hanya 6--8 kg.

Menurut Simon, dalam setahun bobot Kambing Kacang sekitar 22 kg, sementara Kambing Boerka bisa mencapai 35 kg sesuai permintaan pasar luar negeri. Dengan demikian, kambing Boerka berpotensi dikembangkan secara komersial untuk tujuan ekspor. Tingkat pertumbuhan anak Kambing Boerka prasapih rata-rata 118 gram/hari, jauh lebih tinggi dibanding anak Kambing Kacang yang hanya 52--70 gram/hari. Laju pertumbuhan Kambing Boerka selama pascasapih juga lebih tinggi dibanding Kambing Kacang.

Pada umur 3--6 bulan, misalnya, laju pertumbuhan Kambing Boerka lebih tinggi rata-rata 42% dibanding Kambing Kacang. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi memungkinkan kambing Boerka mencapai bobot potong pada umur yang lebih muda.

Karkas Kambing Boerka lebih baik dibanding Kambing Kacang, namun kandungan nutrisi maupun sifat fisik relatif sama. Mutu karkas Kambing Boerka termasuk mutu I, sama dengan Kambing Kacang. Daging agak lembap, tekstur lembut dan kompak, warna merah khas daging, lemak panggul tebal, dan bau spesifik. Dengan karakteristik seperti itu, daging Kambing Boerka akan diterima konsumen seperti halnya daging Kambing Kacang.

Saat ini populasi Kambing Boerka di Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Deliserdang, Sumut sekitar 1.700 ekor. Kambing Boerka juga telah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Loka Penelitian Kambing Potong sesuai tugas dari Kementan telah menyebarkan 300 ekor Kambing Boerka. Rinciannya: 100 ekor ke Sumbawa, 100 ekor ke Deliserdang, 50 ekor ke Ponorogo, dan sisanya untuk bantuan gempa Lombok.

Dengan demikian dalam Upaya swasembada pangan. Daging merupakan sumber protein hewani yang kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen nasional baru mencapai sekitar 23 %, ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang memiliki keunggulan mudah pemeliharaannya dan cepat berkembang biak sehingga dapat menghasilkan produksi daging sebagai subtitusi dan dapat berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan petani peternak di Indonesia. Salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan peternak di indonesia ini ialah dengan membudidayakan kambing Boerka.

Tingkat konsumsi daging kambing termasuk domba secara nasional baru berkisar antara 5--6% dari total konsumsi daging, dan dibutuhkan sekitar 5,6 juta ekor kambing per tahun untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tingkat konsumsi ini relatif rendah, namun memiliki peluang untuk lebih ditingkatkan lagi. Faktor kualitas daging kambing, terutama dalam kaitannya dengan isu kesehatan maupun gizi yang sebenarnya memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan daging asal ternak lain, selama ini belum banyak disosialisasikan kepada masyarakat.

Keunggulan kualitas daging kambing ini seharusnya dapat menjadi salah satu faktor pendorong penting bagi peningkatan konsumsi daging kambing nasional. Potensi daging kambing dalam mensubstitusi konsumsi daging sapi juga layak dipertimbangkan sebagai salah satu strategi dalam upaya mengurangi tekanan terhadap permintaan daging sapi yang saat ini belum dapat sepenuhnya dipenuhi dari produksi dalam negeri. Disamping itu, besarnya potensi pasar ekspor yang selama ini baru dimanfaatkan secara minimalis tetap menjadi faktor pendorong potensial bagi pengembangan kambing pedaging di Indonesia.

Sumber :

Simon p. ginting dan fera mahmilia. 2008. kambing 'boerka': kambing tipe pedaging hasil persilangan boer x kacang. loka penelitian kambing potong, po box 1 sei putih, galang 20585, sumatera utara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun