Mohon tunggu...
M Zenal Abidin
M Zenal Abidin Mohon Tunggu... Freelancer - manusia yang masih banyak belajar

mahasiswa S1 Ilmu Peternakan Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Air Limbah RPH (Rumah Potong Hewan) Jadi Listrik, kok Bisa?

27 Juni 2019   11:29 Diperbarui: 27 Juni 2019   11:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Supaya Indonesia tidak krisis energi, telah ditemukan sebuah inovasi air limbah bekas pembersihan pemotongan hewan dijadikan arus listrik. Limbah pemotongan hewan (RPH) yang berupa feses urin, isi rumen atau isi lambung, darah afkiran daging atau lemak, dan air cuciannya, dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. 

Dalam proses pembusukannya di dalam air, mengakibatkan kandungan NH3 dan H2S di atas maksimum kriteria kualitas air, dan kedua gas tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera makan. 

Selain menimbulkan gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air.

Air limbah RPH di campur EM4 untuk menghilangkan bau lalu ditambahkan bakteri untuk menghasilkan elektron dan proton. Air limbah yang tadinya tidak terpakai, yang biasanya langsung dibuang ke sungai kini bisa dimanfaatkan menjadi alternatif energi baru dan terbarukan. 

Jadi bisa atasi masalah lingkungan dan energi. pengubahan limbah menjadi aliran listrik ini sama dengan prinsip kerja Microbial Fuel Cell.

Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu teknologi yang menghasilkan energi listrik dengan bantuan mikroba. Sistem microbial fuel cell mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan bantuan mikroorganisme (bakteri) tertentu. Secara umum sistem microbial fuel cell dijalankan dalam suatu reaktor anaerob yang dilengkapi elektroda anoda dan elektroda katoda yang berisi substrat dan bakteri. 

Substrat yang merupakan makanan mikroorganisme ini kemudian digunakan oleh bakteri untuk menjalankan aktivitasnya dimana proses ini akan menghasilkan beberapa produk yang salah satunya adalah elektron. 

Elektron yang dihasilkan ini akan ditransfer ke anoda kemudian dialirkan ke katoda melalui sirkuit eksternal. Aliran elektron inilah energi listrik yang dihasilkan. Selanjutnya elektron pada katoda bersama proton yang dihasilkan akan bereaksi dengan oksigen menghasilkan air.

Prinsip kerja sistem mfc yaitu bakteri pada reaktor yang kita gunakan mengoksidasi bahan organik menghasilkan elektron kemudian dipindah ke anoda dan dialirkan ke katoda melalui sirkuit eksternal menghasilkan listrik. Secara garis besar, mekanisme proses mfc adalah substrat dioksidasi oleh bakteri, dari proses ini kemudian menghasilkan elektron dan proton. 

Elektron yang dihasilkan ditransfer ke anoda lalu dialirkan ke katoda melalui sirkuit eksternal, sedangkan proton didifusikan melalui membran penukar proton (pem) menuju katoda. Proton dan electron pada katoda selanjutnya akan bereaksi dengan oksigen menghasilkan air (h2o). Aliran elektron inilah yang kemudian dikenal sebagai energi listrik.

Namun penelitian mengenai pengubahan limbah menjadi aliran listrik masih mempunyai keterbatasana dimana energi listrik yang dihasilkan, sekitar 793 mili Ampere pada 1,5 volt dan berjalan selama satu minggu. Kita berharap agar hasil dari penelitian Microbial Fuel Cell selanjutnya dapat menghasilkan tegangan hingga 12 volt dan kuat arus sebesar 1 Ampere.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun