Mohon tunggu...
Muhammad ZeinIkhsan
Muhammad ZeinIkhsan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menjadi sarjana muda yang terampil

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Tasawuf untuk Menjadi Orang yang Berintegritas Kontribusinya dalam Menghadapi Masalah Modern

12 Juli 2020   16:09 Diperbarui: 12 Juli 2020   16:01 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagaimana yang kita rasakan sekarang, gaya kehidupan manusia zaman modern saat ini banyak menimbulkan berbagai macam persoalan. Gaya hidup yang semakin konsumtif dan persaingan hidup yang semakin tajam membuat banyak orang untuk berlomba-lomba menggapai urusan duniawi dengan berbagai macam cara dengan mengesampingkan Allah SWT dan akhlak budi pekerti. Begitulah perilaku manusia modern saat ini untuk meraih syahwat duniawinya saja. Setelah semua keinginan atau mipi-mimpinya sudah tercapai apakah permasalahan tersebut selesai sampai disitu. Ternyata belum, hasrat untuk menggapai kesuksesan yang lain akan menggebu-gebu yang tidak akan ada rasa kepuasan.

Ibarat seperti meminum air laut, semakin banyak sesorang meminumnya maka semakin haus seseorang dibuatnya. Begitulah seterusnya hingga tidak akan ada kepuasan diri dalam kehidupan, lupa untuk bersyukur, lupa untuk bersujud dan timbullah rasa kegelisahan jiwa. 

Ternyata harta dan tahta tidak akan mampu membuat hidup bahagia, dan disitulah seseorang memerlukan Allah SWT untuk tempat berserah diri dari gersangnya kehidupan. Maka dari sana manusia menemukan dimensi lain dengan memperdalam ilmu tasawuf sebagai pelarian untuk mengenal lebih jauh tentang Allah SWT, dan lebih dalam untuk mencapai ketenangan jiwa abadi yang lepas dari hiruk pikuk kehidupan dunia. Lantas apakah ilmu tasawuf ini?

Ilmu tasawuf atau saufisme merupakan ilmu untuk mengetahui bagaimana cara untuk mensucikan jiwa dan menjernihkan akhlak, untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Untuk kita ketahui ilmu tasawuf pada zaman Imam Al Ghazali ini adalah ilmu yang tertolak. Banyak ulama-ulama besar pada zaman Imam Al Ghazali ini yang menentang dan menolak keberadaan dari pada kemunculan ilmu tasawuf. Baik itu dari ulama ahli hadits, ulama ahli tafsir, dan ulama-ulama besar lainnya. Mengapa ulama-ulama besar pada saat itu menolak, karena ulama-ulama besar pada zaman Imam Al ghazali ini berkeyakinan ilmu tasawuf itu sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Karena Rasulullah SAW tidak pernah mensyariatkan atau mengajarkan ilmu tasawuf itu, tapi Imam Al Ghazali ini memiliki pandangan yang berbeda tentang ilmu tasawuf dengan para ulama-ulama pada saat itu. Imam Al Ghazali berkeyakinan bahwa ilmu tasawuf ini tidaklah bertentangan dengan ajaran agama Islam. Ilmu tasawuf merupakan sebuah ilmu yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT sebagai pencipta langit dan bumi serta segala isi alam dan mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, yang dalam bahasa arabnya "Hablum Minallah wa Hablum Minannas". Sebagai ajaran pokok tasawuf, yaitu istiqomah bersama Allah SWT dan harmonis dengan manusia yang menuntun pada sifat kesufian.

Berkat hidayah dari Allah SWT dan kepintarannya, Imam Al Ghazali mampu meyakinkan para ulama pada saat itu bahwa ilmu tasawuf ini tidaklah bertentangan dengan ajaran atau nilai-nilai agama islam. Imam Al Ghazali berhasil melakukan sebuah perubahan besar dalam bidang ilmu pengetahuan Islam, berhasil memadukan ilmu fiqih dan ilmu tasawuf dalam sebiah kitab yang bernama Ihya Ulumuddin. 

Yang merupakan sebuah kitab yang membahas perihal kaidah dan prinsip dalam mensucikan jiwa, penyakit hati, dan pengobatannya. Menanamkan sifat ikhlas, zuhud, dan taqwa kepada Allah SWT, bagaimana mengendalikan syahwat, mengendalikan bahaya lisan, mencegah sifat dengki dan emosi, menjauhkan sifat sombong dan mengajak pada ketaqwaan, menanamkan sifat kejujuran, mengingat akan kematian, serta konsep bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulnya.

Meskipun demikian, kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali ini tetap menimbulka sebuah kontroversial ditengah masyarakat sampai saat ini. Pro dan kontra masih tetap terjadi. Ada beberapa ulama yang masih mempertentangkan keberadaan kitab Ihya Ulumuddin ini. Para ulama tersebut berkeyakinan bahwa adanya pemakaian hadits palsu dalam karangan Imam Al Ghazali tersebut. Meskipun demikian, tidak sedikit juga para ulama yang mendukung serta memakai atau mengkaji kitab Ihya Ulumuddin ini hingga tingkat pengukuran tinggi. 

Hingga saat ini meskipun demikian perkembangan ilmu tasawuf atau saufisme ini terus berkembang seiring berjalannya waktu, tdiak saja digandrungi oleh golongan tua saja tapi juga merambah ke kalangan muda. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang lebih kompromi dan penuh kasih sayang kepada sesama. 

Warna imu tasawuf ini atau saufisme yang ada di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saufisme aliran Imam Al Ghazali, banyak sekali buku karangan Imam Al Ghazali ini yang menjadi sumber bacaan yang paling populer dan disukai. Banyak yang memuat pokok bahasan tasawuf akhlak budi pekerti dan amalia kehidupan.

Ilmu tasawuf ini merupakan sebuah pengembangan dari ajaran agama Islam oleh para sufi, ilmu tasawuf atau saufisme ini dalam rukun Islam dan rukun iman tidaklah bisa dibahas, lalu bagaimana dalil quran dari ilmu tasawuf itu sendiri?. Dalam hal ini ilmu tasawuf termaktub dalam Q.S. Al-A'la:14-15:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun