Memasuki tahun 1927 Hindia Belanda menjadi daerah kunjungan para turis asing dari berbagai bangsa. Daerah yang sering dikunjungi adalah Jawa sebelum mereka melanjutkan perjalanan mengunjungi Sumatra dan Bali. Perhatian terhadap daerah-daerah lain seperti Celebes (Sulawesi), Borneo (Kalimantan), Lombok, Flores, dan kepulauan Maluku juga semakin meningkat.Â
Ketika Jawa dianggap telah modern dan tidak lagi primitive, daerah tujuan turisme mulai bergeser ke Bali yang dianggap masih kuno dan belum modern. Selain Bali, VTV juga mengembangkan daerah-daerah objek turisme di Sumatera, Sulawesi dan Maluku.Â
Mereka memanfaatkan serta mengadakan kerjasama dengan perusahaan pelayaran yang memiliki jalur pelayaran ke wilayah-wilayah itu dari segala penjuru dunia.
Sebelum dibentuknya VTV tahun 1908, perjalanan para pengunjung yang datang belum terorganisasi, kebanyakan dari mereka masih sendiri-sendiri (individu) dan tidak bertujuan untuk berwisata, melainkan karena tugas dari pemerintah67. Tahap awal kedatangan turisme di Sulawesi Selatan sekitar tahun 1927, setelah dibukanya jalur perdagangan KPM Padang-Jawa-Bali-Makassar.Â
Khususnya di Makassar, pertama kali kedatangan kapal pesiar besar yaitu 'World Cruise' pada tahun 1929. Kunjungan ini diharapkan menjadi awal yang baik di Sulawesi Selatan dan pelabuhan Makassar dapat menjadi tempat persinggahan para turis.Â
Pada tahun 1933 VTV menerbitkan edisi khusus 'Macassar and South Celebes' untuk majalah bulanan mereka Tourism in Netherland India. Adapun beberapa destinasi lain yang ditawarkan seperti Toraja dan Malino. di Makassar sendiri, sudah banyak destinasi menarik yang tersedia, seperti Fort Rotterdam, Gedung Kesenian, Musium Kota, makam-makam tua, pulau-pulau, dengan motif kunjungan yang berbeda-beda.