Mohon tunggu...
Muhammad Yulian Mamun
Muhammad Yulian Mamun Mohon Tunggu... Dosen - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin

Tinggal di Banjarmasin, alumni KMI 2006. Menulis tentang sejarah, wisata, ekonomi & bisnis, olahraga dan film.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Sarang Koruptor

19 Juni 2018   11:43 Diperbarui: 19 Juni 2018   12:25 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: easternbiological.co.uk

Pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki moral  negeri ini. Meski tidak bijak, bongkar pasang kurikulum adalah salah  satu ikhtiar pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.  Tujuan pendidikan sesuai amanat Undang-undang Dasar 1945 yang tertuang  dalam UU No. 20 tahun 2003 bukan hanya bikin orang pintar, tapi memoles  semua aspek dalam diri manusia.

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia  Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap  Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan  keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan  mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Manusia yang ingin dibentuk oleh negara adalah yang bertakwa serta  berbudi luhur. Barulah setelah itu meraih pengetahuan dan keterampilan.  Jika pengetahuan dan keterampilan diraih tanpa menyertakan iman dan  takwa maka etika dan moral akan diterabas sesuka hati. Sekarang  contohnya sudah terjadi di sekitar kita.

Apa yang harus Kita Lakukan

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat biasa? Kalau hanya  merutuki pemerintah dan ujian nasional saja tidak akan menyelesaikan  masalah. Kita juga harus ikut andil meringankan kerja pemerintah dalam  mendidik. Tapi bagaimana caranya? Saya bukan guru, cuma pedagang di  pasar, hanya karyawan swasta dan berbagai keraguan lainnya.

Seperti yang disinggung di atas, pendidikan tidak hanya tentang  bagaimana meraih nilai UN terbaik lalu lolos seleksi di universitas  ternama. Kita bisa ikut ambil bagian dengan mendidik sekitar memberi  contoh kepada lingkungan dari hal yang paling kecil, membuang sampah di  tempatnya, misalnya. Syukur-syukur bisa ikut mengajar di kelas.

Bagi yang sudah berkeluarga, maka dapat mendidik dengan memberi  contoh perbuatan dan perkataan yang baik kepada anak. Pernah saya  berpapasan dengan anak kecil yang dimarahi ibunya karena berkata "sialan".  Saat ditegur, anak tersebut protes, "Aku dengar Papa ngomong 'sialan' kemarin di rumah. Masak aku ga boleh?" ujarnya sambil terisak. Biarpun  sang ibu marah-marah bagaimanapun, anak itu tidak akan mudah berubah  sikapnya karena ironisnya orang yang melanggar perbuatan itu adalah  ayahnya sendiri.

Ary Ginanjar Agustian, menyebutkan bahwa penanaman nilai dan budaya  di keluarga, perusahaan, masyarakat hingga pemerintah sangat tergantung  dengan perilaku pimpinan dalam organisasi tersebut. Jika perbuatan  pimpinan berlawanan dengan budaya yangia koar-koarkan, justru akan  mengundang sikap antipati dari anggota organisasinya. Sedangkan Brian  Tracy menyebut ciri pemimpin yang baik adalah selalu menjadi teladan  dalam perbuatan (leading by example) bahkan saat tidak ada seorang pun  yang melihatnya.

Percayalah, hal baik meskipun remeh, akan menular dan ditiru oleh  orang lain. Begitupun dengan perbuatan buruk. Tauladan dengan perbuatan  lebih baik dari khotbah sampai mulut berbusa-busa.

Tulisan ini pernah dimuat di Fabana.id dengan judul serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun