Mohon tunggu...
Amita Wijayanti
Amita Wijayanti Mohon Tunggu... Administrasi - A Wallflower

Menuangkan pikiran melalui sebuah tulisan, berbagi pengalaman, semoga dapat meringankan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Distraksi dan Belajar Tidak Peduli

16 Maret 2019   13:00 Diperbarui: 16 Maret 2019   13:43 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belajar menghargai pilihan orang lain itu sulit, mengerti sudut pandang orang lain yang bertolak belakang dengan kita, lebih sulit.
Yang mudah adalah mengomentari hidup orang lain, bagi kebanyakan orang. Saya pribadi tipe yang boro-boro ngomentarin hidup orang lain, mau tau aja nggak.

Saya percaya, setiap orang memiliki cara pandangnya sendiri, memiliki perspektif berbeda atas suatu subjek atau objek yang ada di alam ini. 

Bagi beberapa orang, bisa disebut banyak juga sih, kecoak itu serangga paling menjijikan, bagi saya tidak.
Bagi beberapa orang makan indomie kuah pake gula pasir itu aneh, bagi saya tidak.
Bagi beberapa orang the walking dead itu series yang bertele-tele, bagi saya iya, tapi saya suka. Gimana dong?

Yaaa, masih banyak lagi sebenarnya perbedaan di alam ini dan itu tidak bisa dipungkiri, tidak bisa dihindari. Yang saya tulis hanya hal spele saja, lebih ke tidak penting malah.

Hari ini seseorang baik, lusa ia semakin asik, seminggu kemudian menjadi tidak klik.
Hari ini seseorang mendengarkan, lusa ia meringankan, seminggu kemudian ceritamu berlalu-lalang di telinga orang-orang.

Saya tidak heran, tidak juga merasa itu beban. Toh, kita sama-sama punya kehidupan, sama-sama diberi nikmat yang adil oleh Tuhan. Ingat, adil itu bukan bicara kuantitas tapi kualitas.
Jadi ya bagaimanapun orang memperlakukan saya, di depan atau di belakang, baik maupun tidak baik, saya percaya bahwa semua itu seimbang, semua sudah ada porsinya. 

Kalau inginnya mereka menjadikan saya sebagai objek diskusi dengan menganalisis hidup saya, mengimprovisasi jalan ceritanya, mengedit omongan saya, men-story telling-kan curahan hati saya, ya monggo.. Tidak perlu sibuk menyeleksi, biar Tuhan yang menghakimi.

Saya selalu ingat wejangan Ibu saya,
"Lebih baik memakai sepatu agar kaki tidak sakit terkena krikil-krikil di jalan, daripada menyingkirkan semua krikil itu,
Lebih baik berpola hidup sehat, memperkuat daya tahan tubuh, daripada mensterilkan semua tempat agar terhindar dari kuman atau penyakit.
Karena lebih mudah menguatkan diri sendiri daripada menuntut orang lain untuk tidak menyakiti."

Orang baik akan di kelilingi dengan orang baik juga. Apabila kita sudah baik tetapi masih ada orang tidak baik di sekitar kita, percayalah, kita akan dijauhkan dengan sendirinya, kalaupun tidak dijauhkan, merekalah yang akan menjadi lebih baik untuk kita.

Hidup itu untuk mencari kebahagiaan hakiki, duniawi maupun surgawi, bukan untuk mengomentari berdasarkan analogi sendiri, menyebarluaskan berita ilusi, bahkan menghakimi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun