Mohon tunggu...
Mita Karunia
Mita Karunia Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk menyapa semesta

email : mitakarunia40@gmail.com | https://twitter.com/mitakarunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menemui Ajal

27 November 2019   05:43 Diperbarui: 27 November 2019   05:47 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: freepik.com

Hal baru bagiku karena baru kali pertama menyaksikan banyak orang memenuhi ruangan ini. Malam yang panjang dengan waktu yang singkat. Mereka bergeliat dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Satu jam kemudian, aku yang terdiri dari banyak komponen akhirnya dapat terlahir sempurna.

Kini aku terduduk di sebuah meja yang tertata rapi. Meja dengan taplak terindah yang pernah kulihat. Berbagai ornamen menghiasi meja ini seolah-olah memperlihatkannya lebih dari mewah. Sebotol sampanye terlihat sangat menyegarkan tenggorokan. Ia pun tersaji dengan cukup elegan dan sudah siap dituang ke gelas lalu di teguk tanpa sisa. Satu hal yang kutahu, tak pernah ku kira aku akan berada di sini. Dan untuk apa?

"Selamat datang pak, silahkan. Mari saya antar ke mejanya." Pelayan itu bersuara, menyambut tamu yang telah dinanti sedari tadi.

"Terima kasih." Katanya diiringi senyum. Seseorang di sampingnya ikut tersenyum manis. Ia tampak bahagia malam ini. Kulihat senyumnya begitu sumringah. Meskipun aku melihatnya dari jauh, sudah bisa kusimpulkan. Aku menyukai senyum itu. Tiba-tiba perasaanku semakin tak karuan, langkah kaki mereka semakin besar dan mendekatiku.

"Silahkan duduk tuan putri." Pinta lelaki itu sembari menyediakan kursi untuk wanitanya.

Lagi-lagi ia tersenyum. Senyum yang teramat manis. Siapapun yang melihatnya pasti akan meleleh dan jatuh hati. Lantas ia duduk, meletakkan dirinya di kursi tersebut.

Tak lama kemudian mereka menghadapku. Ingin rasanya aku menghindari tatapan itu. Dan menggantikan posisi lelaki tersebut. Ia tak pantas mengdampingi wanita itu! Lelaki brengsek yang hanya menjual tampang. Aku mengumpat sekeras mungkin, sayang sekali suaraku tertahan begitu saja.

Lelaki itu meraih tangan wanitanya yang tergeletak di meja. "Happy anniversary sayang." Ucapnya seraya mengecup punggung tangan wanitanya.

Wanita itu membalas tersenyum. "Happy anniversary too sayang." untuk pertama kalinya ia bersuara. Bahkan suaranya lebih dari merdu. Semakin aku jatuh hati dibuatnya.

Gelas-gelas itu mulai penuh oleh sampanye yang segar. Gelas yang sedari tadi kosong sepertiku yang terlahir tanpa apapun lalu tiba-tiba terisi penuh dengan senyumannya dan jatuh hati tanpa permisi. Mereka bersulang tanpa memedulikan aku yang sangat membenci pertemuan mereka di hadapanku.

Tak lama setelah itu mereka menatapku, lama sekali. Aku masih terduduk manis di tempat yang sama dengan posisi yang tidak berubah. Mungkinkah mereka sedang mengumpulkan keberanian untuk mengambilku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun