Mohon tunggu...
Mytha khoirunnisa
Mytha khoirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - 18years

Alo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mari Membumikan Pancasila untuk Generasi Muda Milenial Tetap Harus Berkarakter Pancasila

23 Januari 2021   10:05 Diperbarui: 23 Januari 2021   10:12 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemudahan  masyarakat  mendapatkan berbagai berita tanpa disadari membahayakan siapapun yang tidak bisa menyortir informasi tersebut. Ya, bahaya radikalisme dan perpecahan terus mengintai masyarakat, salah satunya generasi muda Indonesia. Hal ini terjadi dari kurangnya pemahaman terhadap Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk ke negara kita, dan akibatnya banyak anak muda yang sering melakukan SARA terhadap orang lain, seperti warna kulit, suku, bahkan agama. Akibatnya nilai-nilai luhur bangsa telah terabaikan secara luas, dan hampir terjadi pada sebagian besar generasi muda. Hal ini sering terjadi antara masyarakat dengan sekolah bahkan dapat terjadi dalam lingkungan keluarga.
Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan Pancasila, terutama pada sila ketiga, yaitu persatuan bangsa Indonesia. Persoalan ini harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah, karena jika dibiarkan bisa memecah belah bangsa Indonesia. Sebelum hari itu terjadi, kita sebagai warga negara Indonesia yang peduli terhadap sesama harus mencegahnya dengan memberikan pemahaman tentang toleransi sejakdini. Dengan cara ini, kasus SARA setidaknya akan berkurang atau bahkan dihapuskan dari bangsa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus peduli dengan tetangga kita, apakah mereka orang yang kita kenal atau tidak, bahkan yang telah membentuk kita atau tidak.
Nilai-nilai Pancasila sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta lingkungan yang harmonis dan nyaman. Sejak saat itu, sekarang dan di masa depan, peran pemuda adalah sebagai pilar, penggerak dan pemelihara jalan pembangunan nasional menjadi sangat dinantikan. Oleh karena itu, nilai-nilai kearifan Pancasila dipandang perlu dibumikan kembali di tengah-tengah anak muda untuk menguatkan semangat persatuan.

Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk biasanya tidak diwarnai oleh perbedaan horizontal, seperti yang biasa kita jumpai perbedaan ras, suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Namun ada juga perbedaan vertikal, berupa prestasi yang diperoleh dari suatu prestasi atau penghargaan. Perbedaan tersebut dapat diamati pada status sosial, ekonomi dan politik, tingkat pendidikan, kualitas kerja dan kondisi stabilitas. Meskipun perbedaan horizontal dianggap turun-temurun, yang biasanya diketahui bukanlah faktor utama penyebab masalah sosial yang melibatkan kelompok etnis dengan orang lain.
Untuk mencapa tujuan cita-cita bangsa, yaitu keseimbangan antar suku bangsa, diperlukan adanya toleransi antar masyarakat yang berbeda asal daerah. Selain itu, faktor sejarah berhasil menjadi wahana pemersatu ratusan suku bangsa di nusantara. Mereka semua merasa memiliki nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kami memiliki logo Bhineka Tunggal Ika. Yakni, meski banyak perbedaan, mereka memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu, Pancasila merupakan ideologi yang telah menjadi poros dan tujuan bersama menuju integrasi, kedaulatan, dan kemakmuran bersama sehingga masalah sosial masyarakat yang terkait dengan SARA (suku dan agama antar kelompok) di Indonesia harus diperhatikan karena bangsa kita terdiri dari banyak pulau dan memiliki suku dan sub suku.
Jika kita melihat fenomena maraknya konflik terkait SARA saat ini, sebenarnya merupakan cerminan dari proses panjang bangsa Indonesia dengan motto Bhinneka Tunggal Ika yang sedang diuji. Jika kita melihat ke masa lalu, tidak ada yang akan bertarung atas nama perbedaan. Misalnya pahlawan era perang. Meskipun asal mereka berbeda, mereka memiliki tujuan yang sama dan melawan penjajah. Tidak ada yang berdebat satu sama lain bahwa cara berperang yang benar adalah dari daerah saya, atau bahwa agama sejati yang harus ditaati dan disebarkan di masyarakat adalah milik saya. Semuanya tampak berjalan harmonis, berdampingan dan saling menghormati.
Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang mengakui banyak perbedaan dan tidak boleh ada konflik yang berujung pada kekerasan dan perpecahan. Konflik sebagai sarana pemekaran merupakan ciri esensial seseorang yang ingin memperluas wilayahnya sehingga menimbulkan konflik. Jika konflik ada solusi, maka ada perubahan amandemen, sedangkan jika tidak ada solusi maka terjadi perang. Di era digital seperti sekarang ini, penyebaran isu SARA menjadi sangat ganas dan percepatan masalah menjadi mudah meluas. Oleh karena itu, pencegahan masalah etnis menjadi penting untuk membangun pencegahan yang kuat di masyarakat, terutama di dunia maya. Jadi kita harus bisa mengimunisasi diri dan menangkis diri kita sendiri melalui pengamalan Pancasila, karena para tokoh pendiri bangsa sebenarnya mempertemukan Pancasila sehingga bisa digunakan untuk mempersatukan bangsa dan menghargai perbedaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun