Mohon tunggu...
Myrna Vergiana
Myrna Vergiana Mohon Tunggu... Administrasi - Tangerang, Banten

Fun Fearless Female who loves travelling, listening music, dancing n reading magazine. Having Economic/Accounting background and currently working for European Union Humanitarian Aid Dept consider that writing is a passion even not doing it very often. It is the way you can express the feeling,what you have in mind and at the end to share....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

CoronaVac, a Game Changer: Kau yang Memulai, Kau yang Mengakhiri

14 Januari 2021   20:28 Diperbarui: 14 Januari 2021   21:02 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kemarin, 13 Januari 2021, Indonesia berhasil melakukan pencapaian yang signifikan dalam penanganan pandemi yakni dengan dimulainya vaksinasi perdana yang diawali dengan pemberian vaksin CoronaVac yang berasal dari perusahaan Tiongkok, Sinovac yang diberikan kepada Presiden Jokowi setelah serangkaian diplomasi dan proses pengadaan yang panjang.

Pemberian vaksin kepada kepala negara ini tentu saja bukan yang pertama kalinya, karena sederetan kepala negara telah lebih dahulu mendapatkan vaksin Covid 19 meskipun dari produsen yang berbeda, sebut saja PM Singapura, Raja Arab Saudi, Presiden Amerika, Joe Biden dan beberapa pemimpin negara lainnya yang diharapkan dapat memberikan efek psikologis positif untuk menepis keraguan masyarakat, yang menurut survey didapati tingkat penerimaan vaksin saat ini masih cukup rendah. 

Layaknya negara lain, skala prioritas pertama diberikan bagi nakes yg memang menjadi garda terdepan penanganan pandemi. Dengan memberikan perlindungan maksimal, diharapkan mereka dapat terhindar dari paparan virus ini, cukup sudah cukup rasanya ratusan nakes menjadi pahlawan pandemi. Negara pun juga menghadirkan beberapa perwakilan dari berbagai kalangan masyarakat seperti tokoh agama, guru, pengusaha, bahkan artis dari kalangan milenial diberi kesempatan melakukan vaksin sebagai strategi pemerintah guna menyukseskan program vaksinasi nasional ini. Sekitar 476 juta komitmen pembelian vaksin dilakukan pemerintah selain dari Sinovac, sebut saja Pfizer dan Novavac (Amerika), Astrazeneca (Inggris) serta Gavi dari jalur multilateral. Pun 15 juta bahan baku vaksin Sinovac telah tiba untuk kemudian diproduksi lebih lanjut oleh Biofarma.

Berjuta pasang mata melalui siaran langsung di beberapa stasiun TV turut menyaksikan RI 1 menjalani proses vaksinasi yang dilakukan oleh tim kepresidenan, bahkan sorotan kamera menangkap gesture tegang si vaksinator yang tentunya langsung viral disosial media. Beruntung setelah 30 menit berselang, tidak ditemukan efek samping yang dirasakan. Hal ini seiring dengan pendapat dari Ketua ITAGI yg menyatakan meski memiliki tingkat efikasi yang lebih rendah (65.3%) dari vaksin lainnya (Pfizer dan Astrazeneca) yang menggunakan teknologi yang lebih modern, namun vaksin buatan Tiongkok ini dipandang lebih aman. Terbukti baik relawan uji klinis tahap 3 dan peserta vaksinasi perdana ini, mereka tidak menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan hingga saat ini. Mungkin karena dibuat oleh negara dimana virus itu berasal, Tiongkok sehingga mereka mengetahui persis karakteristik virus ini. Semoga CoronaVac bisa tampil sebagai game changer yang mengembalikan aktivitas dunia yang terhenti sejenak oleh karena virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini. Mereka yang memulai, mereka sepertinya yang bertanggung-jawab untuk mengakhiri..

Vaksinasi perdana ini dilakukan pada timing yang pas, menyusul kenaikan kasus tertanggal 12 Januari yang sangat signifikan mencapai 10 ribu kasus perhari , bahkan dihari yang sama dengan vaksin perdana ini dilakukan, kenaikan kasus menembus angka yang cukup fantastis yakni lebih dari 11 ribu kasus, tertinggi sejak awal pandemi. Tak hanya itu, virus ini pun seolah menunjukkan eksistensinya seiring dengan ditemukannya mutasi baru di negara Inggris raya bahkan terakhir di Afrika yang diclaim lebih menular dari jenis sebelumnya. Tak pelak beberapa negara bahkan menerapkan lockdown seperti Malaysia, Belanda, Inggris dan Jepang yang mendeklarasikan darurat Corona. Perpanjangan pembatasan terhadap WNA yang masuk ke Indonesia hingga 28 Januari mendatang dilakukan untuk membendung strain baru virus ini masuk ke Indonesia. Bisa dibayangkan, vaksinasi tahap pertama yang hanya 3 juta pastinya tidak akan sebanding dengan gempuran strain baru Virus corona. Kali ini, Indonesia tidak mau kecolongan rupanya. 

Lalu kapan pandemi berakhir ?  pertanyaan yang kerapkali muncul bahkan sebelum proses vaksinasi ini dimulai. Seperti banyak didengungkan epidemiolog ataupun praktisi kesehatan, bahwa vaksinasi bukanlah obat, melainkan untuk memberikan kekebalan tubuh, bukan pula otomatis dapat menghilangkan pandemi, namun bertujuan untuk menekan reproduction rate/tingkat infeksi sehingga pandemi dapat terkendali. Herd community/ kekebalan komunitas adalah tujuan jangka panjang, mengingat Herd community ini hanya dapat dicapai apabila minimal 70 % dari penduduk telah mendapatkan vaksinasi yakni sekitar 181 juta penduduk Indonesia. Jika dikalkulasi berarti butuh sekitar 15 bulan untuk bisa mewujudkannya. Dan seperti biasa, Pak Jokowi menargetkan untuk bisa lebih cepat merampungkannya , yakni hanya dalam waktu 12 bulan. Meski sejumlah kalangan mengatakan dibulan April tahun ini pandemi diharapkan sudah dapat terkendali, saat masyarakat dengan skala prioritas terakhir divaksinasi, dan informasi lain mengatakan tahun 2021 negara ini baru benar-benar bersih dari pandemi, semoga kita lihat saja..

Skala prioritas pemberian vaksin telah ditetapkan, simulasi program vaksinasi telah dilaksanakan diberbagai daerah bahkan beberapa daerah menunjukkan kesiapannya untuk melakukan program vaksinasi seperti Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya. Perangkat monitoring, SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi Logistik Elektronik) yang sedianya juga akan disiapkan untuk melengkapi program vaksinasi nasional ini. Polemik penggratisan vaksin oleh pemerintah yang hanya 30 % berakhir dengan keputusan tepat untuk menggratiskan vaksin bagi seluruh rakyat, hal ini membuat pemerintah kembali merogoh kocek dalam-dalam karena dipandang tidak manusiawi menerapkan komersialisasi ditengah situasi penanganan pandemi. Diberikan gratis pun beberapa kalangan masih menolak untuk divaksinasi dengan berbagai alasan. Tak hanya itu, Pemerintah pun lagi-lagi bersedia menanggung biaya akibat efek negatif yang ditimbulkan dari proses vaksinasi yang diatur dalam permenkes 12 /2017. Pemerintah pun berencana akan melibatkan pihak swasta dalam melakukan vaksinasi mandiri guna percepatan penyelesaian pandemi.

Semoga berbagai upaya dan strategi yang dilakukan pemerintah untuk penanganan pandemi yang tentunya menyasar untuk percepatan pemulihan ekonomi ini tidak sia-sia..

The worst is over, selanjutnya tunggu apa lagi ?  yuk divaksin tapi jangan langsung gantung masker ya gaes !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun