Mohon tunggu...
Myrna Anggarani
Myrna Anggarani Mohon Tunggu... Bankir - Peace seeker

A lifetime learner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dear Casanova...

15 Juli 2020   08:30 Diperbarui: 15 Juli 2020   08:37 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan langkah kaki yang tergesa-gesa aku menuju pintu lift yang nyaris tertutup. Pagi ini, aku hampir terlambat ke kantor. Deadline desain yang menumpuk membuatku tidur larut malam. Di dalam lift, tenyata sudah ada si Flamboyan yang menunggu. Ia menyapaku dan tersenyum manis dengan rasa percayaan diri yang tinggi. Aku hanya menanggapi sekedarnya karena aku masih mengantuk.

Kami pun berpisah di lantai 3 dan aku langsung bergegas ke ruanganku. Aku dan si Famboyan bekerja pada perusahaan yang sama namun beda unit. Ia di unit periklanan, sedangkan aku di unit desain grafis. Akupun melanjutkan rutinitas pagi dengan sarapan di mejaku sembari memeriksa hasil desainku semalam.

Hari ini, perusahaan menugaskan aku dan si Flamboyan ini pergi menemui klien kami di wilayah Tangerang. Kenapa aku harus pergi dengan dia, kenapa tidak dengan Donny saja. Aku hanya bisa mengeluh sendiri. Mau tidak mau aku pergi dengan si Flamboyan dengan di supiri oleh Pak Dirman, supir operasional perusahaan kami.

Si Flamboyan ini bukanlah pria lajang. Ia juga bukan tipikal pria mapan. Hanya saja ia cukup pandai merawat diri sehingga untuk pria seumuran 35 tahun keatas, ia tampak good looking. Ia telah menikah dan di karuniai dua anak. 

Sepanjang perjalanan, ia berceloteh tentang wanita-wanita di kantor kami yang sudah ia taklukkan. Dalam hati, aku berharap kami sampai dengan cepat ke tempat tujuan. Namun, apa daya kemacetan di ibu kota selalu menjadi momok keseharian kami. Sebenarnya, aku enggan mendengarkan ceritanya. Aku hanya manggut-manggut dan sedikit basa-basi menanggapi ceritanya.  

Sampai ia bercerita pernah berkencan dengan Marlina, sang sekretaris perusahaan. Si Flamboyan ini tampaknya tidak tahu bahwa Marlina adalah salah satu teman baikku di kantor. Dengan sedikit rasa penasaran, akupun mulai bertanya lebih dalam soal kisah percintaanya dengan Marlina. Ia pun bercerita panjang lebar tentang awal mula perkenalan sampai bisa berkencan dengan Marlina.

Aku tertegun dan tidak menyangka, teman baikku Marlina yang selama ini ku kenal sangat kalem ternyata bertekuk lutut kepada si Flamboyan ini. Akupun sedikit kesal dengan si Flamboyan ini yang dengan gamblangnya bercerita tentang petualangan cintanya. Pria beristri yang tidak setia dengan pasangannya.

Setelah menyelesaikan pertemuan kami dengan klien, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kantor. Kali ini, si Flamboyan tidak lagi menceritakan kisah petualangan cintanya. Ia kini menceritakan soal kondisi rumah tangganya. 

Berharap menarik simpatiku dengan menceritakan hubungannya yang telah hambar dengan istrinya. Lagi-lagi aku hanya basi-basi mendengarkan ceritanya dan sesekali menguap tanda aku tidak minat. Namun, tampaknya ia tidak peduli dan masih terus menceritakan rumah tangganya.

Tibalah kami di kantor dan sebelum berpisah, ia menawariku untuk minum kopi di coffee shop dekat kantor kami saat nanti pulang kantor. Aku menolak halus tawarannya dengan mengatakan bahwa masih ada pekerjaan desain yang harus aku selesaikan hari ini. Ia pantang menyerah dan berkata bahwa akan menungguku sampai selesai. 

Aku mengatakan bahwa setelah pulang kantor, aku hanya mau pulang dan beristirahat. Ia pun berkata mungkin lain kali bisa pergi pulang kantor denganku, sambil mengedipkan mata genitnya. Aku hanya tersenyum datar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun