Mohon tunggu...
myra anastasia
myra anastasia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - ibu rumah tangga

seorang ibu rumah tangga yang hobi menulis di www.kekenaima.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menabung Pohon atau Membeli Udara? Pilih Mana?

7 Mei 2013   22:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:56 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13684382771354797979

Beberapa waktu lalu, seorang teman bercerita kalo dia baru saja memplester seluruh halaman rumahnya dengan alasan pohon hanya membuat halaman rumah kotor dan lebih repot ngebersihinnya. Mendingan di plester biar lebih mudah. Di waktu yang berbeda, sepupu saya mengeluh di FBnya tentang kebijakan RT untuk menebang beberapa pohon karena ada beberapa tetangga yang terganggu dengan sampah daun yang berserakan. Saya merasa sedih dengan kejadian tersebut sekaligus berpikir, apakah mereka yang terganggu  dengan sampah daun yang berserakan tidak pernah mengeluh dengan cuaca di muka bumi yang terasa semakin panas? Fungsi pohon tentu saja tidak hanya untuk 'memayungi' kita dari panas matahari, tapi masih banyak sekali fungsinya.

Pernah nonton film Dr. Seuss "The Lorax"? Untuk yang belum, saya sarankan menonton film ini terutama kita yang tidak mencintai pohon. Bahkan untuk anak-anak, film ini tidak hanya sekedar menyajikan hiburan, tapi sarat juga dengan pesan moral. Film ini menceritakan tentang sebuah hutan yang sangat indah. Pohon dan warga hutan (binatang) di dalamnya hidup damai. Sampai kemudian datang seorang manusia dan langsung menebang sebatang pohon untuk diambil daunnya yang sangat lembut untuk dijadikan produk dan dijual. Kejadian tersebut membuat warga hutan kaget, the lorax sebagai penjaga hutan pun langsung memberi peringatan. Tapi sayangnya diabaikan. Manusia tersebut selalu berjanji untuk kemudian mengingkari. Ketika barang yang dibuatnya tidak laku, dia berjanji untuk tidak lagi menebang pohon. Ketika kemudian mulai laku, lagi-lagi berjanji hanya akan mengambil daunnya saja tanpa menebang. Sayangnya keserakahan mengalahkan janji yang sudah terucap. Tidak cukup hanya mengambil daun, pohon pun mulai ditebang supaya produksi semakin cepat dan banyak karena permintaan pasar semakin meningkat. Peringatan the Lorax terus diabaikan. Warga hutan asli mulai tersingkir mencari kehidupan baru di tempat lain. Manusia tersebut baru tersadar ketika tidak ada lagi pohon yang tersisa, sementara selama ini dia pun tidak pernah menanam pohon (reboisasi). Tidak ada pohon, maka tidak ada lagi langit cerah dengan udara segar. Langit berubah jadi gelap karena asap industri, sangat tidak baik untuk kesehatan. Hutan yang indah, berubah menjadi kota industri, dan akhirnya menjadi kota mati. Mengembalikannya? Bagaimana caranya? Sudah tidak ada satupun pohon tersisa. Keadaan tersebut dimanfaat oleh orang lain yang jauh lebih serakah dengan cara membuat kota tertutup bagi warga. Kota yang sangat modern, serba lisrik, tapi gak ada satupun pohon asli di dalamnya. Hanya ada pohon imitasi yang ada listrik di dalamnya. Semua serba beli, bahkan untuk udara segar, warga diharuskan membeli udara segar botolan dari pemimpin yang berkuasa. Sampai kemudian ada seorang anak kecil yang penasaran kenapa tidak ada satupun pohon di kotanya. Dan dengan segala perjuangannya  (karena selalu dihalang-halangi oleh penguasa beserta para pengawalnya bahkan dari warga kota yang dipengaruhi dengan pemikiran kalo pohon itu hanya membuat kotor kota), akhirnya mengetahui kenapa pohon menghilang bahkan berhasil menanam pohon dari satu-satunya benih yang tersisa. "Ah, itu kan hanya film kartun!" Benarkah begitu? Saya merasa di masa depan mungkin saja hal tersebut bisa terjadi. Lihat saja, saat ini kerusakan hutan sudah sangat parah. Bagaimana kualitas udara kita dibandingkan zaman dahulu? Semakin memburuk, kan? Belum lagi macam-macam bencana yang timbul karena hutan yang rusak. Kepada siapa kita harus protes? Pemerintah? Mereka yang selalu menebang kayu secara besar-besaran tanpa melakukan reboisasi? Bisa aja, sih, tapi kenapa kita tidak protes dahulu kepada diri sendiri? Apakah kita menikmati produk-produk yang terbuat dari pohon? Kalo ya, apakah kita terpikir untuk menghemat dan menyayanginya? Ambil salah satu contoh, yaitu kertas. Untuk 1 rim kertas HVS bisa menghabiskan 1 batang pohon berumur 5 tahun. Padahal dalam sehari kebutuhan kertas di seluruh dunia pasti lebih dari 1 rim kertas HVS. Itu hanya dari kertas, belum dari produk lainnya yang dihasilkan dari pohon. Berapa banyak pohon yang harus ditebang setiap hari demi kebutuhan manusia? Dan taukah kita kalau pohon itu adalah pabrik oksigen dan tiap 1 pohon bisa menghasilkan 1,2 kg oksigen  hari? Manusia membutuhkan 0,5 kg oksigen / hari. Itu artinya 1 pohon bisa jadi sumber  oksigen untuk 2 orang. Menebang pohon sama dengan kita menutup pabrik oksigen. Semakin banyak pabrik oksigen yang ditutup, maka semakin merugi pula manusia. Masih banyak lagi manfaat dari pohon yang bisa kita dapat selain menjadi pabrik oksigen, diantaranya adalah :

  1. Menyerap polusi udara, dan mengurangi dampak pemanasan global
  2. Akar pohon menyerap air hujan, sehingga ketika hujan terhindar dari bencana banjir
  3. Pohon yang rindang bisa berfungsi sebagai AC alami yang menyejukkan dan menurunkan udara sekitar, burung-burung pun akan hinggap

Apabila keberadaan pohon tidak dijaga, jangan heran kan kalo suatu saat nanti kejadian seperti di film kartun DR. Seuss "The Lorax" akan menjadi nyata? Jujur saja saya ngeri membayangkannya. Mungkin saja tidak akan terjadi di masa saya, tapi terjadi di masa anak-cucu saya kelak. Saya tidak ingin itu mewarisi hal itu kepada anak-cucu saya. Melakukan penghematan terhadap produk-produk yang di hasilkan dari pohon tentu saja harus. Supaya tidak semakin banyak lagi pohon yang di tebang. Tapi gak cukup sampai di situ. Saatnya kita mulai berpikir untuk menabung pohon. Kalau selama ini kita taunya menabung uang, sekarang mulailah kita menabung pohon. Tujuannya sama dengan menabung uang, yaitu untuk investasi yang menguntungkan di masa depan. Menabung pohon bisa dimulai dari halaman kita sendiri. Katakanlah dalam 1 rumah rata-rata ada 4 orang anggota keluarga, maka kita cukup menanam 2 pohon saja (1 pohon = 1 pabrik oksigen untuk 2 orang). Kalo memang tidak memungkinkan untuk menanam pohon di rumah (karena lahan yang sangat terbatas, bukan karena halaman yang diplester), kita bisa ikut bekerja sama dengan pihak lain untuk menanam pohon. Hutan Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia. Sayangnya pemanfaatan hutan yang tak terkendali membuat luas hutan Indonesia semakin menyusut. Menurut WWF, laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 610.375,92 Ha per tahun (2011) dan tercatat sebagai peringkat ketiga di dunia. Melihat semakin parahnya kerusakan hutan di Indonesia, rasanya memang sudah saatnya kita menabung pohon untuk mengembalikan hijaunya hutan Indonesia. Kabar gembira bagi kita semua, CIMB Niaga mengajak masyarakat untuk lebih peduli kepada linkungan. Caranya, setiap pembukaan rekening Tabungan Junior atau TabunganKu, CIMB Niaga akan medonasikan 1 bibit pohon. CIMB Niaga juga telah membuka rekening bagi masyarakat yang ingin mendonasikan dananya untuk berkontribusi terhadap lingkungan hidup, yaitu 064-01-64351-00-4 Ternyata menabung pohon itu mudah, ya. Sekarang tinggal gimana kitanya. Menabung pohon atau membeli udara? Pilih mana? Dan satu lagi pertanyaannya ... sudikah kita kalau suatu saat nanti anak-cucu harus membeli udara? Kalau tidak, mendingan kita nabung pohon dari sekarang, yuuk! Sumber :

  1. http://www.kompasiana.com/cimbniaga/csr
  2. http://www.hdwallpapers.in/dr_seuss_the_lorax_movie-wallpapers.html
  3. http://herirembo.wordpress.com/2007/10/16/satu-pohon-satu-pabrik-oksigen/
  4. http://jdfi.co.id/greenfestival/GreenFest08-halaman.php
  5. http://www.wwf.or.id/cara_anda_membantu/bertindak_sekarang_juga/supporterwwf/program_supporter/mybabytree/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun