Akhir-akhir ini saya memperhatikan dan sering mendengar cerita teman. Beberapa teman yang masih single atau terpaksa harus menjadi single fighter. Tentu saat menulis ini, saya sudah izin terhadap mereka. Salah satu etika jika memang mau bercerita terkait orang lain.Â
Single Fighter Sering di Pandang Sebelah Mata
"Heran deh, kenapa ya single fighter itu seolah sebuah kesalahan dan masalah" Ujar salah satu teman di sebuah pertemuan. Seringkali, di tengah bisingnya dunia, saya suka mengajak beberapa teman bertemu buat makan bareng dan bercerita.Â
"Kenapa tuh?" Timpal satu teman lagi. "Iya, pas jadi single Fighter pasti ada aja yang sibuk ngejodoh-jodohin atau malah ngolok-ngolok. Seolah kondisi gue itu sangat ngeganggu mereka". Saya menanggapi dengan agak santai, supaya teman-teman tidak makin emosi. "Jangan salah, bisa jadi dalam hati mereka itu sirik sama kamu. Ngeliat kamu bisa lebih leluasa dan santai" Ujarku. "Bener juga sih, kebanyakan orang yang berisik itu isi pemikirannya ngiri" timpal seorang teman.Â
Lebih menyakitkan lagi, di beberapa grup WA ataupun pertemuan yang ada perempuan dan lelaki. Terkadang para lelaki bercanda terkait "janda" dengan begitu ringan. Seolah status tersebut sangat wajar buat di olok-olok. Namun di kalangan perempuan, kami tidak pernah mengolok-ngolok "duda" dengan alasan bercanda.Â
Apakah budaya patriarki sebegitu mengakar kuat. Sehingga dalam bercandaan stasiun seorang perempuan boleh dijadikan bahan bercandaan.Â
Bukan hanya di kalangan mengenai kebawah. Fakta terkait mencemooh dan menjadikan janda sebagai candaan, di kalangan para bos dan atasan pun masih hype banget. "Iya kayak di grup kerjaan gue tuh. Ada petinggi bercandanya kayak gini: makanya kalau punya duit itu beliin hp bagus bukan ajakin main janda" Ujar teman sambil tersulut emosi. Jujur saya yang dengarnya pun ikutan emosi juga.Â
Tak habis pikir kenapa stasiun perempuan baik memang belum menikah atau bercerai selalu jadi bahan cemoohan. Tidak ada lagi kah humor yang lebih berkelas? Atau memang selera humornya begitu rendah?.Â
Coba bayangkan. Yang mendengar adalah perempuan baik-baik yang terpaksa harus bercerai karena: kena KDRT/ditelantarkan harus cerai karena suami judol/pinjol dan hal-hal seram lainnya. Atau harus menyandang status janda karena ditinggal meninggal suaminya. Pun masih sendirian karena belum bertemu jodohnya.Â
Intinya sih, bercandaan yang layak dan lebih baik masih banyak opsi. Ketimbang mengolok-olok status orang lain. Kita tidak pernah tau, sekeras apa perjuangan para single fighter untuk melawan stigma yang ada. Belum lagi harus berjuang mencari rezeki dan nafkah di tengah-tengah kondisi yang semakin hari kian sulit hingga mencekik.Â