Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memeluk Kehilangan

21 April 2023   11:14 Diperbarui: 21 April 2023   11:17 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ternyata rasa dalam menyambut lebaran setiap tahunnya akan berbeda, semakin dewasa semakin biasa saja dan malah sedih karena ingat akan beberapa rasa kehilangan" Ujar Binar ketika buka puasa bersama Bapak, Ibu dan Adiknya. "Betul, hanya anak-anak yang selalu semangat menyambut lebaran" Sahut Bapak seperti paham arah obrolan ini. 

Bagaimana tidak, puasa kali ini serta lebarannya akan terasa amat berbeda. Binar kini kembali kerumah orangtua nya tanpa suami dan tanpa anak. 4 tahun lebih Ia selalu mudik bersama suami dan belum jua bisa bawa mudik anak, karena mereka belum juga dikarunia anak. 

Maka selama 4 tahun itu pula Binar harus menahan sakitnya pertanyaan "Kenapa belum punya anak? Gak periksa?" Dari yang biasa saja sampaia kalimat mencenganggkan "Percuma kerja dan banyak uang, kalau gak punya anak.. Yang ada di ceraikan nanti sama suaminya" Ujar salah satu saudara dari Ibu. Tanoa rasa bersalah kalimat itu terus di ulang dalam hari yang sama, hingga Binar merasa muak dan kesal dengan omongan saudaranya tersebut. 

Tahun ini, menjelang pernikahan ke 5 tahunnya. Binar malah harus menjadi single fighter, benar adanya omongan doa, doa jelek dari beberapa saudara nya ternyata di kabulkan. Kini Binar sendirian, memeluk kehilangan dan ribuan rasa penasaran "seperti apa rasanya menjadi seorang Ibu? Mengandung, melahirkan hingga menyusui?" Ia hanya bisa menanyakan kepada bebwrapa teman dekatnya bagaimana rasa menjadi seorang Ibu, di 4 tahun lalu Binar selalu meng afirmasi pikirannya untuk membayangkan ketika menjadi bumil, busui dan melahirkan. Namun takdir berkata lain, bukan timbul garis 2 melainkan perceraian yang dia dapatkan dari pernikahan yang selalu ia semogakan dalam setiap sholatnya (Sakinah, mawaddah, warrohmah) Kini Binar hanya bisa menerima takdirnya tanpa berusaha menyalahkan keadaan. 

Rasanya amat getir, sakit dan membuat dunia seolah gelap. Kehilangan sosok suami yang amat ia cintai dan ia hormati, karena kekurangannya sebagai seorang wanita. Ia tidak bisa marah, kesal, hanya mampu bersedih dan memohon sebuah keutuhan.

Nyatanya, keutuhan itu semakin semrawut "Maaf kita tidak bisa sama-sama lagi..Saya udah enggak ada perasaan apa lagi, kalaupun nanti kita punya anak..saya takut ga sayang sama anak saya sendiri" Ucapan tersebut keluar dari mulut lelaki yang amat Ia hargai selama ini. Binar menekan egonya, Ia menghapus sakit hati dan berusaha mempertahankan, namun tetap sang suami teguh akan pendiriannya sehingga jatuh talak 2 dan Binar diantarkan ke rumah orangtuanya. 

Manusia memang tiada yang sempurna, semenjak Binar diantarkan tiada lagi nafkah uang yang Ia terima. Untungnya Binar punya pekerjaan, walau tidak punya jabatan penting setidaknya Ia ada pegangan gaji untuk kehidupannya kedepan. 

Binar tidak mungkin meminta hak nafkah masa Iddah, ia tak berani dan hanya menanyakan kapan berkasnya selesai agar statusnya jelas. Rasanya sangat menyakitkan dan menyedihkan namun Binar tidak bisa membenci atau menyalahkan mantan suaminya. Binar berusaha bijaksana, memahami sudut pandang suaminya dan memahami bahwa kekurangannya tidak dapat diterima oleh sembarang Orang. 

Yang kini ia pikirkan bagaimana bisa hidup berkecukupan dengan penghasilannya dan menyisihkan sebagian uang untuk sesekah serta tabungan masa tua, walaupun Binar tidak berharap hidup lebih lama. Ia berharao bisa mati muda, sehingga tidak terlalu lama memeluk kehilangan dan limbung dalam menjalani dunia dengan segala tuntutan masyarakat. Menyandang status Janda tidak lah mudah, janda tanpa anak dan akan ada beragam stigma serta cap jelek untuknya. 

Berat sekali beban yang dipikul, entah kedapannya ada kejutan apa sehingga diberikan cobaan yang dahsyat, badai besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun