Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menabung Rindu & Obat Sementara via Jaringan

5 April 2020   22:07 Diperbarui: 5 April 2020   22:12 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada banyak keluarga yang hidup terpisah, orang tua di kampung halaman sedang anak-anak nya tinggal di kota-kota besar. Biasanya bisa pulang sebulan sekali atau pun setahun sekali. Ada yang berbeda ditahun ini, berharap sebelum musim mudik wabah ini berakhir. 

Mungkin itu optimisme mayoritas, menunggu musim mudik lebaran untuk pulang ke kampung halaman. Melepas banyak rasa rindu terhadap orang tua tercinta. Se-dewasa dan se-tua apapun kita, pasti tetap memiliki rasa rindu terhadap ibu dan bapak. 

Kota kelahiran ku memang tidak begitu jauh dari Ibu kota, bisa disambangi dengan kereta atau mobil pribadi. Namun saat ini, jiwa berusaha untuk menghargai dan peduli. Memutuskan untuk tidak pulang, sudah hampir satu bulan. Demi sebuah upaya saling menjaga. 

Saat ini saya dan keluarga di luar kota alhamdulillah dalam kondisi sehat dan baik. Sementara ini saya berupaya bijak, menghubungi ibu dan bapak via teleppon dan jaringan (Whatsaap, video call). Awalnya sebelum wabah ini menyerang, sebulan sekali atau dua kali pulang ke rumah ibu dan bapak. Menelpon cukup dua atau tiga kali seminggu. 

Rutin menanyakan kabar cukup via Wa, namun ada yang berbeda saat wabah ini menyerang saya berusaha lebih sering menelpon dan men WA ibu, bapak dan adik. Menanyakan kabar mereka, mengingatkan jangan keluar tanpa masker kain serta jaga kebersihan dan ksesehatan. Seolah jadi ada topik untuk dibicarakan, dulu menelpon sering kehabisan kata-kata. Rasanya canggung, beda dengan bertemu langsung. 

Kini berusaha lebih biasa & berusaha menayakan banyak hal, kadang pertanyaan itu ber-ulang. Namun ada sedikit rindu yang terobati. Semoga masa ini segera berlalu dan kita mampu bertemu secara langsung dalam kondisi sehat dan baik. 

Bisa di bayangkan bila orangtua kampung nya jauh dari tempat tinggal kita, pasti rasanya sangat rindu. Sangat khawatir, jika khawatir maka cobalah untuk bijaksana. Jangan dulu bepergian jauh, kurangi frekuensi keluar rumah jika tidak ada kepentingan atau urgensi. 

Rasanya memang bosan, sulit namun tetap berfikir positif. Semua ada hikmahnya dan jangan lupa tingkatkan kepedulian kita. Semua kebaikan yang kita lakukan, insya allah akan dituai oleh kita secara pribadi dan orang-orang yang kita cintai. Percayalah, rasa peduli dan kepekaan ini amat berarti di masa yang berat dan sulit ini. 

Tabungan rindu ini, simpan rapi dengan rasa bijaksana serta bingkai dengan kepedulian terhadap saudara sekitar. Semoga kita semua mampu melalui masa sulit ini & siap menyongsong esok yang jauh lebih baik. 

Lebih peduli lagi terhadap kebersihan diri, sekitar dan bumi tempat kita berpijak. Jangan di rusak lagi oleh kerakusan & ke egoisan. Cukuplah pembelajaran ini menjadi sebuah pengalaman berharga untuk kita semua para penduduk bumi. 

Selama masa WFH, polusi udara berkurang. Tetap mengambil pembelajaran dari setiap peristiwa yang menimpa kita semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun