Mohon tunggu...
Haris Maulana Yusuf
Haris Maulana Yusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa aktif yang ceria dan ambisius, memiliki hobi menyanyi, menulis, dan membaca komik di waktu uang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Monster yang Tak Terlihat

18 Januari 2023   06:18 Diperbarui: 19 Januari 2023   00:15 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita kuat. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

"Sudah, Mah. Tadi aku makan nasi padang sama temen-temen kampus aku," jawab Niana dengan kebohongan yang sudah terbiasa ia katakan.

Teman. Salah satu hal yang sampai saat ini belum Niana temukan artinya. Ia sering bertanya-tanya apa arti sebenarnya dari seorang teman. 

Apakah teman adalah seseorang yang selalu menyayangi dan mendukungmu? Seseorang yang menjadi tempat bagimu berkeluh kesah? 

Seseorang yang menangis dan tertawa dalam kerasnya lika-liku kehidupan? Atau hanya sekedar seseorang yang selalu menemani ke mana pun kau pergi?

Apapun itu, Niana tidak merasa memilikinya. Namun, Niana tidak lagi memperdulikan fakta bahwa ia tidak memiliki seorang teman pun. 

Lalu mengapa ia berbohong? Bahkan sebuah pertanyaan dapat menjawabnya. Orang tua mana yang tidak akan bersedih ketika anaknya tidak memiliki seorang teman?

"Ohh, teman yang biasa kamu ceritain itu, ya? Siapa namanya? Citra, kan? Mamah seneng deh kamu punya teman dekat. Baik-baik, ya, sama teman kamu itu, Nak ... "

Niana tersenyum pahit mendengar petuah ibunya, menjawab, "Iya, Mah ... kalo bukan sama Citra, aku sama siapa lagi?"

Ia merasa hampa, tak berharga ketika menyadari hanya kebohongan lah yang mampu membuat ibunya bahagia. Tak ada satu pun bagian nyata dari dirinya yang dapat ia banggakan kecuali kebohongan.

"Sama jangan lupa ya ... nilai kamu harus tetap bagus lho kalo mau jadi dokter. Jangan sampe dapet B+ lagi kaya semester lalu," lanjut sang ibu.

Benar-benar hanya dengan satu kalimat, sang ibu membuat dunia Niana runtuh seketika. Ibunya tidak pernah tahu, bahwa dibalik nilai A yang selalu berhasil Niana dapatkan, terlalu banyak pengorbanan yang harus ia lakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun