Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rakyat-Kawula, Rakyat Murba, Rakyat Jelata --- Pemilu 1955 Tanda Gambarnya

28 November 2011   03:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:06 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 

[caption id="attachment_146196" align="aligncenter" width="300" caption="Rakyat Jelata yang digaruk Elite jaman Hindia Belanda ---menjadi Koeli Contract ke Deli dan Soeriname. Saat ini poen sama sejarahnya. Kok bangga jadi Koeli di Negeri Orang ?"][/caption]

Alangkah ikhlasnya Rakyat — seperti ibuku yang berumur 87 tahun dengan adiknya yang sama tuanya — sudah cantik, bersih, wangi, dengan baju kebanggaan mereka masing-masing.Pergi ke TPS untuk memilih Presidennya. Yang kini berkuasa — sementara ibuku telah almarhum — ia tidak menyaksikan betapa amburadulnya NKRI kini

 

“Tidak kau memilih ?”Tanya Ibu dari depan kamarnya, aku masih berselonjor tenang dan santai.“Nanti bu, siangan”.

Tahun 1955 — kami mengumpulkan tanda gambar Pemilu pertama Indonesia — tanda gambar yang dibagi-bagikan dalam ukuran mini — sebesar ukuran gambar komik mainan. Aku telah mempunyai sikap politik.

 

Di Madrasahmudaris mengajarkan politik bagi kami anak-anak.“Saya bisa ditangkap polisi, karena mengajarkan politik pada kalian “. Katanya — kami terkesiap, tercekam, apa pula itu politik ? Itu tahun 1953.

 

“Musuh kita akan datang dari Utara, kaum Komunis”.Rupanya saat itu Perang Korea — sejak itu kami menjadi Anti Komunis.

Berdebat sampai menangis dengan tante-tante, karena perbedaan paham dan pilihan tanda gambar — aku senang dengan Masyumi — tante-tanteku entah apa.

 

Tanda gambar yang mengesankan pada Pemilu 1955 bagiku adalah — Bintang Partai Sosialis;Roda Gigi dengan Rantai Partai Buruh;dan Partai Acoma ………..Angkatan Communist Muda ………. Bergambar Wayang Semar.

 

Sejarah Politik Indonesia — entah berdasarkan UUD-Sementara Tahun 1950 (sebelumnya Konstitusi Republik Indonesia Serikat) — sampai Kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit PresidenRI tahun 1959 — Rakyat kawula tetap saja sampai kini —menjadi penadah Kemiskinan dan Kesengsaraan.

 

Mereka Rakyat papa itu, berbondong-bondong pergi ke TPS dengan pakaian mereka yang terbaik — dari yang rapi, wangi — sampai dengan pakaian satu-satunya.Tetap penuh harapan pergi ke TPS.

 

Sebagian mereka kecele — tidak mendapatkan apa-apa, selain Oksigen gratis dari Ibu Pertiwi.Ada juga yang kecewa memberontak. Mati atau Dari Penjara ke Penjara. Melalui proses Pengadilan ataupun tidak.

 

dan kecewa.

 

Tanda Gambar Partai Politik yang ada sekarang — barangkali hanya Partai Golkar yang memberikan kenangan manis dengan warna Kuning. Tetapi apa artinya bagi harapan Rakyat Kawula ?

 

Ka’bah adalah Gambaran Imajinasi yang sakral — tertegun, terperanjat dengan letusan kesadaran sewaktu menyaksikan pertama kali — dari ruangan Mesjidil Haram.Allahu Akbar, aku menangis dalam kesadaran yang mengecil sebagai Hamba Allah yang merindukan Ka’bah.

 

Tanda Partai Persatuan Pembangunan — apalah artinya kalau politisinya tidak konsekwen dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar — bahkan banyak politisinyayang bermoral rendah — terlibat kasus suap dan korupsi ?

Aku tersentak — bendera biru dengan gambar bintang 3 pancaran.Sebagai Rakyat Jelata, Rakyat Kawula, Rakyat Murba — baru kami sadari bahwa,mereka itu Zort zoen Zort — Jenis mencari jenis.Mereka semua sejenis.Sejenis Nazaruddin semuanya, mantan Bendahara-nya.

 

Partai baru Nasdem — apa pula tanda gambarmu itu ?

 

Bersama anak-anak jalanan — berumur 5 sampai 17 tahun , di suatu senja sepulang mereka — mengamen, mengemis, menodong, menjambret, memeras, mencuri, mencungkil kaca spion.Kami bernyanyi “Padamu Negeri”

 

 

 

Kami beruntung masih mempunyai sifat Menyesal — menyesal memilih mereka.Para Wakil Rakyat dengan Pasangan Presiden dan Wakilnya.Sebenarnya apa yang mereka kerjakan untuk NKRI

 

 

Yang tertinggal kini kelakuan Anak Jalanan — yang mengemis, ,mencuri, memeras, menjambret --- persis, seperti Elite yang Berkuasa — yang menjadi panutan mereka.

[MWA] (2011 Cermin-Haiku -04)

*)Ilustrasi ex Internet

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun