Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Nature

P O H O N (Features-73)

10 Agustus 2012   00:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:00 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1344557921685109459

[caption id="attachment_199232" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Features 73"][/caption]

(1)

 

 

Hidup bersama pohon --- dalam ingatan, dalam memory, disadari pada umur 3-4 tahun di sekitar tahun 1946-47, di depan rumah kami ada sebatang pohon Jambu Bol (Jambu Darsono- Jw; Eugenia Malaccensis, Linn), yang mengesankansaat berbunga --- seluruh tanah tempat bermain, seluas tajuknya, memerah.

Cantik sekali --- di tanah itulah tempat menggambar dan mengkhayal di masa itu.

Selama pengungsian keluarga kami menjadi buruh tani, mengetam padi, mendapat upah paron. Kami juga mengerjakan ladang kami sendiri , di bukit dekat Sungai Begumit --- lantas kami juga mengerjakan ladang, yang lingkungannyabanyak sekali burung dan ular, dekat rel kereta api --- burung yang mengesankan adalah Butbut, berbulu hitam dan merah, ia sebesar merpati. Jinak tidak takut pada manusia.

Pohon lain yang mengesankan adalah bunga dan pohon-pohon perdu di tepi sungai kecil, di samping rumah panggung kami --- pintu dapur kami dua segmen, kalau pagi hanya yang di atas dibuka menjadi jendela. Agar ayam dan binatang melata tidak masuk.

Dari jendela itu terlihat separoh batang pohon Tualang yangsangattinggidi kejauhan --- di hutan, biasa pohon itu tempat bersarang Lebah Madu. Ketika pohon Tualang itu ditebang orang --- itulah peristiwa kesedihan berduka pertama yang dirasakan, di masa hidup sebagai kanak-kanak.

Sedih dan duka menyaksikan pohon gagah itu ditebang, dan tumbang.Mengapa ? Apakah karena kehilangan visi ke arah jendela ?

(2)

Di jaman Sekolah Rakyat (Dasar ?) pohon yang membawa kenangan adalah Cermai, Bungur dan Angsana. Sekolah Taman Siswa yang mengesankan --- bangunannya dengan wuwungan yang melengkung, halaman bermain yang luas, dan di sanalah beberapa pohon bunga Bungur menyemarakkan pemandangan.

Di halaman SMA dengan halaman luas, ada pepohonan, yang mengesankan adalah pohon Angsana yang sangat besar dan tinggi sekali --- di sanalah berkenalan dengan pohon Pulai, yang menebarkan wangi pada saat berbunga dan menyebarkan benihnya …………… jauh-jauh bertebaran dengan parachute-nya.

Di rumah, nenek menanam pohon perdu yang berkhasiat obat atau bebungaan yang diperlukan dalam acara ritual  perkawinan, kelahiran dan kematian.

Pada tahun 1961 saat Bung Karno mencanangkan Pembangunan Nasional Semesta, penulis menanam 2 pohon Kelapa --- diberi nama Sukarno dan Mohammad Yamin.

(3)

Dalam kehidupan di masa meniti karier dan berumah tangga --- mulai terjadi asimilasi kegemaran menanam pohon. Menanam bebungaan dan pohon perdu --- mulai menyintai pohon Bambu, Kroton, Anggrek dan Kaktus.

Jadilah Rumah Dinas tempat menyemai hiburan dan, hobi yang menyenangkan dan membahagia-kan.

Lama bercita-cita mempunyai rumah di atas bukit di lingkungan yang meng-hutan.Doa dijawab …………… mendapat rumah dinas di atas bukit dengan lingkungan berhutan --- dari jendela kamar utama, pandangan lepas ke hole (?) ke Padang Golf --- di depan kanan ada rumpun Bambu Kuning, di halaman belakang yang mengesankan adalah Beringin, pohon di mana banyak Biawak bertempat tinggal.

Juga rumah panggung itu selain ada jalan untuk naik turun mobil --- yang istimewa terdapat tangga beton selebar 1,5 meter sebanyak 43 anak tangga --- wah, di kiri-kanan ditanami pohon Cengkeling (Gamal, Johar Jakarta, atau Cimanila --- yang telah ditahbiskan menjadi pohon keluarga).

Sukses besar --- ada 86 pohon itu di sana. Cengkeling mudah tumbuh tinggi, baik untuk pakan kambing, di musim kemarau ia berbunga warna ungu, indah sekali.

(4)

Kini kompak dengan Tukang Kebun, Pak Mulyo --- memelihara 200-an jenis pohon dan tumbuhan --- pohon keras maupun pohon kembang yang perdu --- semuanya diberi nama feminin.

Dari nama istri, anak gadis, sepupu tersayang, kemenakan, dan sejumlah penyanyi --- dari Elvi Sukaesih sampai Madonna ………………, nama tokoh, dari Ibu Tien Suharto dan mBak Tutut sampai Rakyat Jelata bernama Assunnah ……………., juga nama guru, dari Ibu Salamah (1949) sampai Flora Guiddy (1995) --- dari sahabat yang bernama Trismina sampai Hartaty …………..

Mengharukan …………….. begitu cintanya Tukang Kebun, Pak Mul (80-an) kepada pohon, ia menangis terisak-isak ketika kebun itu terbakar, menghanguskan puluhan pohon, mati atau cacat ……………… kini dalam usianya yang renta ia dengan setia tetap membuat areal pengangga agar terhindar merembetnya api, apabila di kebun tetangga terjadi kebakaran.

Semua rarahan daun ditanam ke dalam tanah untuk pupuk dan mencegah api kebakaran --- di sana akan segera berbunga Flamboyan, Bungur, Kesumba, Cengkeling, Kastuba, Mondokaki, Kacapiring, Bougenville, Kemuning, Kantil, Kenanga, Dadap Merah, Butterfly, Trembesi, Wahyu Temurun, dan banyak lagi.

Kebun dan tanaman itu tidak menghasilkan uang yang nyata --- selain, bahan rumah untuk Pak Mul dan anak-anaknya masing-masing, banyak menggunakan kayu dari pohon Johar, Rengas, Trisi, Jati, Asem Jawa, Jamblang, Bambu, Mahoni --- nafkah Pak Mul pun ditunjang penjualan ranting bambu, dan kayu hasil pemangkasan.

Seluruh Desa, siapapun akan menyambangi Pak Mulyo --- apabila ada kebutuhan bunga-kembang-setaman untuk ritual Perkawinan, Kelahiran, dan Kematian.

Itulah kisah nyata hubungan Tanah, Air, Pohon dan Manusia yang hidup di Lingkungannya.

Pohon mengajarkan bahwa dalam berbagai skala --- memang, Alam ini dirakit Allah dengan secara sistematis --- saling menunjang satu sama lainnya …………………

Perhatikan Ekosistem --- Selamatkan Pohon dan Hutan kita !

[MWA] (Features-73)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun