Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara Acakadoet dan Presiden Acakadut; Republik Boelboel [Pojok Kom a’ Dot – 07]

28 Mei 2011   03:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:08 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adalah teori dalam Mikro Ekonomi --- cerita mengenai Sub Normal, Normal dan Super Normal --- ternyata kini bisa dimasukkan dalam kasus Manajemen Kekuasaan.Termenung menghayati pendapat Pengamat Politik dari LIPI.Negara Acakadoet dengan Persiden Acakadut.Pertama-tama terbayang koreksi dan pandangan strategis Lurah Semar dengan Sang Cepot, anaknya.

Di Adegan Wayang Golek Tanah Pasundan, seperti juga Wayang Wong atau Wayat Kulit di mana pun; Punakawan memberikan nasehatnya pada kaum Elite --- untuk menyadari kesalahannya.Melakukan koreksi sebelum Mala Petaka akan menghancurkan Negara.

Krisis Leeeeeeeeeeeeee !

Cepot berkata : “ ….Sehibul Hikayat Den, bahwa menurut Teori Politik Kontemporer, bahwa Negara Acakadoet adalah Negara yang tidak mampu mengerti mengelola Sumber-sumber Daya yang dipunyai -nya--- tidak pula menguasai kemampuan untuk mengatasi ATHG.Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan.Secara Ilmu Management, yakh, Mismanagement dan Waste melulu.Arang Habis Besi Binasa --- Rakyat mlongo !” Negaranya tiap hari hanya menimbun kekalutan………..”

Tanya Lurah Semar : “……….Kalau Presiden Acakadut ?”

Cepot menjawab : “ Presiden yang tidak kompeten memanage Sumber-sumber Daya dan mengatasi ATHG !Kesimpulannya Negara Acakadoet adalah Negara yang Sub Normal …………dan Presiden Acakadut-nya punberkategori dengan kompetensi dan Kinerja Sub Normal pula !”

Petruk Kanthong Bolong bertanya : “Apakah Negara Astina Negara Acakadoet “

“Tidak, Astina bukan Negara Acakadoet --- ia tergolong Negara Super Power, karena Negara itu diperintah oleh Maharaja Suyudono yang dibantu oleh Para Jenderal-jenderal dan Teknokarat yang berkompetensi dan ber-kinerja Super Normal, seperti Rsi Bisma, Raden Aradea alias Karna serta Prabu Salya, dan lain-lain……….. mereka fokus pada Perang Baratayudha Jaya Binangun ! ”

Sang Arjuna, satria Madukara bertanya : “ Astrajingga, bagaimana dengan Kerajaan Amarta ?”

Sama Den, Kerajaan Amarta adalah Negara Super Power --- karena mensejahterakan Rakyatnya, membina Kekuatan Balad Raja di Raja dengan seksama --- makmur cukup sandang cukup pangan untuk para Kawula, serta menguasai Ilmu Diplomasiyang mumpuni dibawah arahan SangMaharaja Prabu Kreshna……….Tidak sejengkal pun wilayahnya boleh diagresi kedaulatannya …………. Ratu Amarta adalahSuper Normal”.

Arjuna dan para Ponggawa terpana dan merenung.

Dewi Sumbadra alias Rara Ireng ikut bertanya : “ Cepot, Madukara adalah Kerajaan Sub Normal --- karena saat ini mengalami wabah penyakit, kurang makan dan gizi, serta wabah korupsi-Kolusi dan Nepotisme --- para pengibul dan para teroris merajalela setiap hari mengobrak-abrik kerajaan.Apakah bisa diselamatkan sebelum Perang Barata Yudha ?Yang pasti akan menjadi Krisis Besar terhadap kekuatan Para Pandawa ?”.

“ Ampun Den Dewi ………..adalah kisah sebelum para Punakawan mampir ke mari, beta bertemu dengan Resi Manumayasa ……………yang berperawakan dan berwatak-kan Sang Satria Arjuna di masa tua ………………….Sang Resi memberikan wejangan agar Para Punakwan segera ke Madukara untuk membantu menyelamatkan Kerajaan ……………Resi Manumayasa adalah cicit Batara Brama …………….untuk keselamatan Madukara dan kemenangan Pandawa dalam Baratayudha beliau meng-amanatkan : hukum mati para koruptor sebagaimana dilakukan pada para teroris --- ancaman bencana terhadap Negara sama saja;mereka adalah ancaman nyata terhadap Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab !”

Dewi Sumbadra memalingkan wajah

[caption id="attachment_110949" align="aligncenter" width="720" caption="Dari Nietchze sampai ke Rudyard Kipling --- Dari Lurah Semar ke Para Kyai --- Dari Para Kyai kepada Satria Mandraguna."][/caption]

kepada suaminya.

Lurah Semar berucap menyambung memecahkan kebekuan dan kedunguan Sang Satria, yang bingung akan menumpas slagorder jajaran partai dan golongannya di dalam Pemerintahan : “…………..Engger……………Kalaulah Raden bingung dan menjadi dungu --- di suatu saat nanti di Perang Besar Baratayudha engkau akan diajari Filsafat Bhagawadgita oleh Sang Prabu Kreshna …………..’tugasmu Satria, engkau adalah Jenderal dalam Perang Besar ini ‘ --- Raden, mendahului Bhagawadgita ……………Perang itu telah dimulai sekarang Raden…………Krisis demi krisis mengintai Blok Pandawa --- Kerajaan ini Raden …………akan menjadiRebublik Boelboel Den !”.

Raden Arjuna mengangkat mukanya, Ia mempercayai Semar, yang dipanggilnya ‘Kakang’ (layaknya seorang Kyai): “ Kakang, akan kuhunuskan Pedang Keadilan …………..untuk menghukum mati para Koruptor …………….Kakang, sayup-sayup telah kudengar seruan para Kyai untuk memotong tangan dan menghukum mati para Koruptor……………………..aku tidak ingin Res Publika --- Untuk Kepentingan Umum………………..berubah menjadi Negeri Para Penyamun --- Negeri yang memelihara Para pembajak kekayaan Republik --- kalau Pembajak Somalia berani ditembak mati, maka adalah Tugas Satria untuk memancung para Koruptor mulai hari ini…………..”

Semar selaku Batara Ismaya tersenyum --- ia membayangkan nantinya Sang Satria akan memperoleh Ilmu Filsafat Bhagawadgita di medan tempur Kurusetra.Konon bulan-bulan dan tahun-tahun hitam menjelang Perang Baratayudha, semua kerajaan-kerajaan dan propinsi di Blok Pandawa telah bersih dari para Koruptor, Teroris, Subversi-Kolone ke-VPihak Asing dan Korawa.Menuju Negara Republik yang dikelola oleh Keturunan Sang Arjuna --- Jenderal Cerdas Mandraguna !”

“Minor est quam servus dominus qui servos timet --- Seorang Tuan yang takut kepadahamba-hambanya, lebih rendah daripada seorang hamba (Publius Syrus ).

Mengapa ?( Rudyard Kipling ).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun