Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istri Pilihan --- Istri Pesanan (Cermin)

7 Mei 2012   04:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:36 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13363662611953860227

 

Eh --- Ia teringat, mulai mengerti konsep isteri, kira-kira sebelum ia akil balig. Lho ?

 

(1)

 

Bahtiar tidak mengerti potensi apa pada dirinya maka, ia dijodohkan dengan Fatimah --- puteri kenalan keluarganya. Sebenarnya ia tidak sreg dengan gadis itu. Mereka sepertinya masih sebayalah, berumur antara 9-10 tahun.

 

Gadis itu rasanya tidak cantik, ah --- kulitnya hitam, matanya lebar (sekarang baru bisa menyimpulkan mungkin mereka itu keturunan Tamil).

 

Tetapi Bahtiar tidak mengerti mengapa ia makin selalu  ingin melihat gadis itu walaupun hanya dari kejauhan.   Malah ibu gadis itu mengatakan, “Tiar, kau sekarang memanggil makcik, mintuo ya !”.

 

Bahtiar juga merasa lebih senang --- mintuo, kata hatinya.

 

(2)                                   

 

Saat Bahtiar berumur 23 tahun, ia mengirim telegram pada ibunya : “Bu, saya ingin menikahi Endang Ardhiningrum”.

 

4 tahun berlalu --- ternyata perkawinan itu tidak bisa dilangsungkan.  Mengapa ?

 

(3)

 

“Kadarwati ………………. Setammat kuliahku, kita nikah yok “

 

“Kak, memang Oom juga mengatakan, jangan pacaran lama-lama, tetapi, walaupun kita sudah saling menyinta dan sudah ………………, tetapi aku menginginkan suamiku harus lebih dari  suaminya Yayuk ……………………. (auww, suami Yayuk sepupunya itu adalah Pegawai BNI Hongkong !).

 

(4)

 

Fatimah entah sudah di mana, Ardhiningrum telah dikawinkan dengan pegawai Departemen Dalam Negeri --- Kadarwati telah menikah dengan Kapten Angkatan Laut.  Ingin menikahi Maria terbentur beda keyakinan. Ada Yudha, kok rasa-rasanya seksnya dingin (kuatir perkawinan nanti adem --- belum ngerti sih).  O, bagaimana kalau adik mbak Sri ?

 

(5)

 

Sri Komalasari dipertemukan (karena Kuliah sudah tammat, sudah bekerja di tempat yang keren --- padahal beberapa tahun sebelumnya, keluarga Endang mengatakan : “Dik Bahtiar kuliahnya masih lama, nanti tammat adik saya ditinggal, pulang kampung ……………. Kawin lagi, adik saya kapiran !) .

 

Sri Komalasari kuliah belum  tammat, body bolehlah, wajah cantik, di kotanya Purwokerto --- dikenal sebagai gadis model.   Keren tu adiknya mbak Sri, cocoklah ………….. kamu sudah hampir 30 tahun, kawakan --- di daerah sukar lho cari perempuan model itu” , kata Kartono, kawan lama yang sudah duluan kawin.

 

(6)

 

Ketika meneken Surat Nikah, sekelebat melirik 2 pasfoto yang berdampingan --- ketika Tuan Kadhi mengucapkan Khotbah Nikah, teringat filosofi nenek yang sering diucapkannya dalam percakapannya dengan keluarga atau tetangga sebayanya ………………. “Langkah, Rejeki, Pertemuan dan Maut di tangan Allah”.

 

Terus terang nanti siang kalau kami istirahat sebelum Resepsi Malam Hari, mungkin ketika masuk ke kamar pengantin, adalah bertemu muka untuk ketiga kalinya dengan Mala.

 

Teringat pesan Bu Samudro, Dukun Pengantin --- “Siang ini jangan tidur dulu dengan istrinya Mas, nanti malam masih ada acara resepsi !” …………. Adhauw !

 

[MWA] (Cermin-Haiku -36)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun