Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mini Cerpen (30) Mak Banon, perkawinan, penjara dan narkotika

15 Mei 2010   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:12 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman seks pertamanya, ia kehujanan pulang sekolah menjelang magrib --- hujan lebat petir dan kilat menakutkannya, karena harus menyeberangi jembatan gantung. Ia menantikan seseorang yang akan pulang ke dusunnya di seberang. Pakaiannya basah kuyub, dadanya membayang. Di gubug itu telah ada pedagang pakaian keliling. Mungkin orang menganggap itu perkosaan --- tetapi tidak bagi Sri Banon, ia menikmatinya, bahkan sejak itu khayalan erotis  yang selalu membayanginya, ingin selalu ia wujudkan.

 

            Pak Lurah sudah lama mengincer Banon --- bapak si Banon adalah  seorang mandor.  Jabatan yang cukup terhormat di desanya yang terpencil. Banyak orang menyenangi jabatan mandor.  Ada hasil tambahan dari urusan Ipeda  (baca PBB), karena di sana banyak kebun orang kota, yang tanahnya di bawah urusan mandor.

 

Suatu saat bapaknya mengantarkan Banon ke kota --- ia ditempatkan bapaknya di kamar sebuah rumah (yang rupanya kontrakan Pak Lurah).  Banon senang melayani Pak Lurah --- sejak itu cita-citanya memiliki kamar terwujud. Pak Lurah membiayai pembangunan kamarnya, di rumah desanya.  Sebelumnya ia tidak nyaman sejak kecil hidup dan tidur di rumah yang tanpa kamar --- selain tempat tidur bapak dan emaknya.  Kakaknya pada kawin dan tinggal dan hidup di pojok-pojok rumah yang hanya berkamar satu itu.

 

            AMD membangun jalan ke desa Banon.  Desa miskin itu jadi tidak terpencil lagi.  Banon menjadi favorit seorang tentara, dan juga seorang operator Mesin Penggilas jalan.  Ia hamil, tentara itu tidak mungkin mengawininya. Alasannya  telah beristeri --- ia dikawin oleh operator mesin gilas. Umur Banon 16 tahun waktu itu. Banon menjadi putus sekolah di kelas II SMP --- dan pak Lurah pun telah memetik bunga desa lainnya. Tidak menjadi masalah bagi Banon --- ia tidak menyadari lembaga perkawinan. Ia hanya ingin hidup dengan dirinya.

 

            Banon dibawa mandah berpindah-pindah ke daerah operasi pembangunan jalan --- ternyata isteri operator akhirnya mengetahui ada wanita lain yang selalu mengikuti ke mana suaminya mandah.  Banon didamprat dan  dipukuli --- ia keguguran.

 

            Sang operator merasa bertanggungjawab atas hidup Banon --- ia kasihan kalau Banon sampai tersia-sia.  Banon dititipkan pada Pak Lurah desa di Karawang.  Pak Lurah senang sekali, memang Banon selain cantik ia cerdas --- Banon mengurusi Pabrik Penggilingan Padi pak Lurah. Banon nyaman hidup di bawah bimbingan Pak Lurah, kebetulan isteri lurah juga berkenan --- karena selama ini pabrik kalau diurus laki-laki selalu merugikan melulu.

 

Banon berbahagia, walau pun tidak dikawini pak Lurah --- tetapi lurah tua itu sangat memanjakannya. Ia bahagia lahir batin.

 

            Pak lurah berperkara--- ia didakwa mengkorupsi uang Ipeda (baca PBB),  selama urusan ke sana sini, kecerdasan Banon sangat di pergunakan pak Lurah --- jadilah Banon mempunyai akses ke aparat-aparat penegak hukum. Di penjara pun Banon mulai menguasai tatacara  kunjung  mengunjungi penjara, dan cara mel dan menyuap. Senjata Banon adalah kecantikannya dan tingkah lakunya yang sensual. Pak Lurah mati di penjara, penyakit kencing manis merenggut nyawanya.  Banon baru 21 tahun.

Isteri pak lurah yang resmi, wanita berumur 50 tahunan, langsung mengambil kendali apa yang ada tertinggal sebagai warisan --- yang sebetulnya tinggal tulang belulang saja. 

 

 Banon dibimbing Sipir penjara untuk menjadi penghubung narapidana dengan tugas di luaran.

 

            Banon dikawini oleh seorang narapidana --- tetapi lahir batin ia dihidupi oleh Sang Sipir, dikontrakan rumah --- ia menjadi penghubung dunia luar dan dalam penjara. Hidupnya makmur melebihi para wanita sebaya yang tinggal di desa yang miskin --- bahkan para TKW yang sengsara yang pulang habis kontrak di luar negeri. Kekurangannya hanya satu --- ia selalu keguguran, tidak mempunyai anak sampai ia berumur 37 tahun.

 

Pak Sipir dan Banon dipenjarakan dalam kasus meloloskan narapidana kakap.  Lenyap sirna ke Singapura, si napi yang dipanggil si Engkoh itu.

 

Selesai hukuman, si Banon sebenarnya sudah mempunyai pengalaman yang canggih mekanisme seluk beluk di penjara. Tetapi trauma ia dibon sana sini, dan dijadikan pembantu rumah tangga tanpa gaji --- membuat ia muak dengan semua orang penegak hukum.  Semuanya seperti pemeras keringat orang, tanpa nurani dan hidup dari pendeitaan orang yang memang dalam penderitaan. Ia muak dan benci sekali.

 

Ia mulai terbiasa hidup dalam kemiskinan dan pekerjaan yang hanya bisa   menjamin perutnya kenyang. Terakhir ini, ia pada umur 49 tahun bekerja di warung makan. Ia telah meninggalkan konsep kamar --- sekarang kalau tidur malam,        ia di bawah  meja, tetapi ia cukup senanglah.  Cukup makan, kalau malam, hasil tambahannya,   menjadi tukang pijit --- ia tetap menyenangi lelaki, dari anak-anak remaja miskin dan anak jalanan  yang dimandikannya, sampai siapa  saja yang disenanginya. Ia dikenal sebagai Mak Banon di komunitas nya.

 

Ia kaget, Atol , narapidana yang mengawininya dulu datang menemuinya --- setelah mencari ke sana ke mari.  Atol menawarkan proyek di penjara --- berdagang dan menyalurkan barang.  Tidak perlu modal, yang penting berpengalaman di penjara dan menguasai seluk beluk penjara.  Tahap pertama Atol dan Mak Banon mengontrak rumah di Jatinegara --- di komunitas barunya mereka dikenal sebagai pedagang batu permata.

 

Atol yang menjadi penghubung dengan bandar yang berdiam di perkantoran dekat sana --- rupanya barang dagangan itu mengalir dari salah satu Apartemen di barat Jakarta. Mak Banon menunggu perintah bos dari dalam. Untuk membawa jenis dan berat masing-masing paket.  Bagaimana sampai “safe-handed” itu urusan Mak Banon meneruskan kepada yang mereka namakan si Corve.

 

Tugas berikut ini lebih meneguhkan peranan Mak Banon --- ia juga yang mengatur pemindahan uang tunai dari dalam ke rekening bos.  Tetapi tampaknya perdagangan itu ikut tergoncang, karena reorganisasi setelah geger kamar mewah --- uang setoran dilarikan entah oleh siapa.  Organisasi Atol cs goncang , mereka tidak bisa mengatasi kekurangan setor Rp. 1, 7 miliar.  Karena saling dakwa, masuklah penguasa pemeras --- dua tiga orang dikorbankan, bahkan ada yang diancam akan dimutilasi.  Kekisruhan itu tercium penegak hukum, mereka di ringkus.  Menjadi berita.

 

Jaringan     narkotika yang dikendalikan oleh orang dalam terbongkar.  Komplotan itu dinamakan “Jaringan Mak Banon” --- yang dikorbankan hanya seorang narapidana yang disebut Bandar, (Atol hilang, entah buron atau dimutilasi jadi makanan ikan), hanya Mak Banon yang ditahan diproses sebagai mata rantai sindikat narkotika.

 

Mak Banon termenung di gang ruang tahanan, merenungi perjalanan hidup, perkawinannya, sisi kegemarannya, dan peranan keahliannya mengenai seluk beluk penjara , sewaktu muda ia begitu berarti dalam memuluskan perkara.  Dan dia mendapat keuntungan dari sisi itu.  Kini di umurnya yang lebih 50 tahun ia tidak menyadari bahwa ia akan mendapat hukuman berat karena mengedarkan narkotika.

Ia tidak menyadari bahaya narkotika, seperti juga para birokrat dan bawahannya, yang tidak mau tahu ancaman itu.

 

Bahan laknat yang mengancam dan menghancurkan sendi-sendi hari depan Bangsa Indonesia.  Dia, Mak Banon dikorbankan untuk memutus jaringan --- seperti buntut tokek yang dilepaskan untuk meloloskan badan induk organisasi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun