Mohon tunggu...
Sigith Prabowo
Sigith Prabowo Mohon Tunggu... -

i'm the master of my fate, and i'm the captain of my life [Nelson Mandela]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Malaikat Penolong dari Balik Bukit Karang (Ekspedisi Canting Part II)

9 Maret 2011   04:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:57 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12996088631320819877

[caption id="attachment_95084" align="aligncenter" width="300" caption="inilah daerah tempat tinggal malaikat itu"][/caption] pagi menjelang siang tersebut cukup panas dirasakan di kulit. peluh bercucuran menembus pori-pori dan mulai membasahi kaos hitam bertuliskan "canting" yang kukenakan. tetapi perhatianku tidak sedetikpun berpaling dari tebing-tebing curam dan bukit-bukit yang menjulang di sepanjang pantai selatan pulau jawa. lagi-lagi aku dan teman-teman ku dari komunitas canting mengalami kesulitan mencari jalan menuju pantai sundak. pantai yang kami harapkan menjadi akhir penjelajahan hari itu. karena memang jalan-jalan yang kami lalui dari hari sebelumnya merupakan jalan-jalan setapak yang biasa digunakan oleh warga setempat untuk beraktifitas ke ladang mereka yang terletak di atas tebing-tebing curam di kabupaten gunung kidul ini. maka tidak mengherankan jika kami seringkali kehilangan arah. jika seharusnya kami ke arah barat, maka terkadang kami harus menempuh jalan memutar ke arah utara karena tidak mengetahui jalan yang harus dilalui agar lebih cepat sampai ke tujuan kami. kala kebingungan melanda, dengan kondisi peluh yang membasahi pakaian serta rasa haus yang melanda tanpa bisa dipuaskan karena kehabisan logistik, sering kami bertemu dengan para malaikat penolong memberi kami petunjuk arah yang kami butuhkan. ada sebuah kekaguman yang tertanam dalam diriku. sebuah rasa kagum yang selalu terngiang-ngiang di kepalaku. kala seorang teman mengatakan padaku bahwa dia tidak lagi menemukan sebuah keramahan di jogja, maka kali ini bukan hanya keramahan yang kutemui, tetapi sebuah ketulusan yang diberikan oleh para penduduk dari sebuah daerah terpencil di punggung bukit-bukit terjal gunung kidul. mari kita lihat bagaimana kondisi daerah pesisir selatan gunung kidul ini. sebuah daerah yang terdiri dari perbukitan karang yang terbentuk ribuan atau mungkin jutaan tahun lalu. bukit-bukit cadas yang hanya bisa dimanfaatkan untuk berladang ala kadarnya. perbukitan karang di mana sumber air bersih sulit untuk di cari. perbukitan yang seolah terisolasi dari dunia luar, karena minim tekhnologi. bahkan sinyal HP pun lebih sering hilang daripada muncul. tipikal masyarakat di pesisir selatan Gunung Kidul ini adalah memiliki kebun di daerah perbukitan karang dengan sebuah pondok atau gubuk untuk beristirahat. sedangkan untuk tempat tinggal mereka cukup jauh dari kebun mereka tersebut. terkadang mereka terpaksa menginap di gubuk yang ala kadarnya jika tidak sempat pulang ke desa. maka jangan berharap kita akan menemukan suguhan makanan dan minuman enak jika berkunjung ke pondok mereka. karena semua yang ada di sana hanya untuk hari itu. baik makanan, maupun minum. dan untuk mendapatkan makanan dan minuman pun mereka juga harus berjalan jauh berkilo-kilo agar sampai ke desa nya. dengan kondisi serba terbatas seperti ini pun mereka tidak lupa untuk berbagi dengan sesamanya. kala kami meminta petunjuk jalan yang harus kami tempuh, kami selalu ditawari untuk mampir ke pondok mereka untuk minum sejenak, bahkan makan. padahal kami mengerti bahwa tidak mungkin persediaan yang mereka miliki akan cukup untuk kami semua yang terbilang cukup banyak, enam orang. tetapi mereka tetap ingin menjamu kami yang bahkan sama sekali tidak dikenal. begitu mulia nya mereka. ada satu orang yang masih kuingat benar. seorang bapak yang sudah cukup berumur, bukan hanya sekedar menunjukkan jalan yang harus kami tempuh dan menyuruh kami mampir ke pondok nya untuk minum sejenak, tetapi beliau bahkan mengantar kami sampai ke puncak bukit. tidak berhenti sampai di sana, beliau menunggu kami mendaki bukit seberang dan memastikan kami mengikuti jalur yang benar. hal yang jarang ditemui saat ini di daerah perkotaan. bahkan di jogja sekalipun. dan malaikat pun tidaklah selalu harus berwujud makhluk bening nan bersih dan cantik. tetapi terkadang berwujud sebagai manusia dari desa terpencil yang jauh dari hiruk pikuk suara-suara yang selalu meributkan moral dan etika negeri ini, padahal orang-orang yang berteriak moral dan etika itu merupakan orang-orang tak bermoral dan beretika. maka jauh lebih mulia orang-orang yang jika dibandingakn dengan orang kota, mereka hanya terkesan menjadi sebuah gembel di antara para miyarder. tetapi wujud sebagai orang desa terpencil inilah yang membuatnya menjadi seorang yang jauh lebih mulia. dengan ketulusan dan keihklasan mereka. *thanks a lot for Gunung Kidul people. Terima kasih untuk sebuah pelajaran ketulusan yang kudapatkan dalam perjalananku kali ini. #ekspedisicanting

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun