Fulanah: Kak? Sandal kakak, sandal gunung kan? Ane:iya. Kenapa gitu? Fulanah: nomor berapa? Ane :39.. Fulanah:ane punya cerita tentang sandal kak.. ini dia ceritanya.. Musim ujian kenaikan kelas membuat santri-santri semakin giat mengulang materi studi. Pagi, siang, sore, hingga larut malam begadang hanya untuk menempuh perjuangan belajar. Belajar penuh perjuangan. Tak peduli meski hawa dingin menusuk kulit. Semuanya tetap fokus pada materi yang dibacanya, diam, tenang, khidmat disekitar kawasan asrama. Pada suatu maghrib menjelang isya dengan sedikit iringan derik jangkrik petang di area mushola atas ruang kelasbaru, diluarnya terdapat sepasang sandal perempuan berwarna pink dan sepasangsandal gunung hitam nomor 40. Dua pasang sandal yang diparkirkan di depan mushola. Didalamnya otomatis ada dua manusia yang mendiami mushola itu, mereka sedang menjalankan rutinitasnya. Belajar di luar asrama mungkin lebih sepi dan tenang. Dua manusia itu memaksimalkan konsentrasinya sampai terdengar suara ikhwan kecil yang mengganggu konsentrasi mereka “Ane tau ane masih kelas tujuh... Tapi ane tau kalau itu ngga boleh. Keluar kak! Ngga boleh gitu..” suaranya memelas menegur mereka. Yang didalam tidak merespon, mencoba berkonsentrasi lagi. “Kak! Ane tau ane masih satu tsa. Ane masih kecil.. Tapi ane udah tau kalau kayak gitu gak boleh !” ikhwan kecil itu mulai meninggikan suaranya. Mungkin geram karena tidak ada yang merespon. “Heh. Apaan sih? Nte aja yang pergi sana! Ganggu aja.” Satu santri putri yang ada dalam ruangan itu pun menyahutinya. “Keluar kak! NGGA BOLEH !” anak itu semakin heboh. Malah menggedor-gedor pintu mushola saat dia mendengar tanggapan tadi. ikhwan kecil itu mengintip-intip lewat jendela mushola sampai yang terlihat olehnya adalah seseorang yang berjilbab sedang membaca buku. Hanya seorang, yang satunya dibalik pintu mushola hingga tidak terlihat oleh anak kecil itu. Suara anak kecil itu tiba-tiba saja menghilang. Rupanya ia sudah meninggalkan mushola. Yang didalam kembali tenang,bisa melanjutkan belajarnya lagi. Derik jangkrik pun ikut berhenti, yang adahanya kesegaran angin yang menelisik tudung mereka. *** Sepuluhpun menit berlalu.. “DOR DOR DOR !! HEH. YANG DIDALAMKELUAR !Drug.” Suara berat seorang lelaki menggedor-gedor pintu mushola. Yang didalam terpecah lagi konsentrasinya. Mau membukakan pintu tapi yang terjadi pintu itu sudah di dobrak dulu oleh lelaki berseragam putih dan membawa pentungan-satpam.Yang didalam tercengang memandang bingung kearah satpam. Dan satpampun menunduk.Tidak marah. Hanya diam menahan tawa. Ragu-ragu salah satu dari mereka melihat kebelakang badan satpam ada anak kecil bersembunyi disana. Rupanya ikhwan kecil tadi. “Ngapain kalian disini?” satpam bertanya kepada dua santri putri itu. “Belajarlah pak.” Kompak mereka menjawabnya. “kita belajar disini soalnya sepi. Kita ngga bisa belajar ditempat ramai pak. Udah dari hari pertama ujian kita belajar disini.” Jelas salah satu dari mereka sebelum ditanya lagi oleh satpam. “Oh begitu.. maaf mengganggu. Lanjutkan saja belajarnya.” Ujarnya. “Emang kenapa pak? Kok tiba-tiba tadi bapak gedor-gedor pintu sampai ngedobrak juga?” salah satu dari mereka bertanya polos ke pak satpam. “Itu neng, tadi bapak dapat laporan dari anak ikhwan ini kalau ada yang ketemuan di mushola. Bapak juga bingung mau percaya apa ngga, masa ketemuan di mushola? Tapi anak itu kekehneng lari-larian nyamperin bapak di pos satpam ngasih tau kalau ada yangketemuan. Akhirnya bapak ngedengerin dia neng..” ujar pak satpam sambil menahantawa. “Lagian didepan musholanya Cuma ada dua pasang sandal, yang satu sandal gunung yang satu lagi sandal cewe gimanangga mau suudzon pak.” Anak ikhwan kecil itu membela dirinya sebelumdisalahkan.”Hahaha makanya JANGAN LIHAT ORANG DARI SANDALNYA dong.” Gurau paksatpam. Anak itu menyeringai lebar menahan malu dan cepat-cepat pergi dari musholauntuk mengkonfirmasi laporannya ke bidang ruhiyyah OSHK. Ternyata dia mengadukan prasangkanya selain ke satpam juga ke pihak lainnya.. END
Ini hanya anekdot diambil dari kisah asli.. Hehe