Mohon tunggu...
Journalist From Indonesia🇮🇩
Journalist From Indonesia🇮🇩 Mohon Tunggu... Jurnalis - Kerja-Belajar-Liburan🌷

Mengerti aku dalam aku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Jelajahi Pulau Wisata yang Unik dan Terpelosok di NTB

8 November 2022   10:39 Diperbarui: 8 November 2022   10:44 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nusa Tenggara Barat - Citra Maulida - Mengenal Pulau Maringkik, Pulau yang dijuluki sebagai Pulau Terpencil, Tertinggal, Terpelosok(3T). disebut pulau dikarenakan sebuah Gili kecil yang berada di wilayah administratif Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur(Lotim), Nusa Tenggara Barat(NTB), Menjadi pulau satu-satunya terpadat di NTB, tercatat jumlah penduduk tahun 2022 sekitar 2.105 jiwa, data tersebut penulis kompasianer peroleh di Badan Pusat Statistik(BPS) Lotim. Menjadi salah satu dari  254 desa dan kelurahan yang ada di Lotim.

Melaut merupakan profesi dari sebagian besar penduduk desa di pulau tersebut sehari-harinya bermata pencaharian sebagai nelayan. Sedangkan perempuan-perempuan di pulau tersebut menekuni pekerjaan sebagai penenun, kain khas suku bugis-bajo turunan nenek moyang mereka, dan dari kerajinan tangannya mereka mampu memproduksi dan menjualnya ke desa-desa luar dengan harga sesuai kualitas, kerajinan tangan dengan sabar merajut tiap helai benang sehingga menjadi produk lokal yang berkualitas, ada yang kisaran harga Rp 300.000 - 600.000.

Kain syal dari kain khas suku bugis-bajo
Kain syal dari kain khas suku bugis-bajo

Ketekunannya memproduksi kain tenun dengan peralatan seadanya membuat masyarakat yang ada di pulau tersebut mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka, dari membiayai anak-anak sekolah, membeli keperluan dapur, mencukupi kehidupannya bersama suami dan anak-anaknya dikala suaminya tak mendapatkan hasil pencarian ikan dilaut. Bahkan disaat pandemi covid-19 melanda Indonesia, semua dirumahkan, bahkan situasi tersebut berdampak terhadap nelayan, meski tak secara langsung pekerjaan nelayan dirumahkan, namun harga jual ikan saat itu sangat rendah, bisa dikatakan tak punya harga jual tinggi dikarenakan pada masa itu, tak ada berlalu lalang yang membutuhkan ikan, semua masyarakat diharuskan menetap dirumah, pasar-pasar ikan sepi. Nelayan hampir gulung tikar atas situasi tersebut. 

Masyarakat pulau maringkik yang menenun sebagai pendapatan tambahan
Masyarakat pulau maringkik yang menenun sebagai pendapatan tambahan

Situasi tersebut pada saat itu sangat mendukung terhadap pendapatan, penjualan kain tenun yang diproduksi oleh perempuan-perempuan pulau Maringkik. Warisan budaya yang mereka jaga masih kental hingga saat ini, fakta menarik Dipulau tersebut yang penulis kompasianer dapatkan ketika liputan Dipulau tersebut ialah suku, suku yang mendiami pulau tersebut beragam, seperti suku bugis, Bajo, sasaq, Ende, mandar. Bayangkan, pulau yang seluas 11 hektare tersebut memiliki beragam suku, namun tak ada perselisihan, mereka hidup berdampingan dan damai meski berbeda suku.

Namun, tak banyak yang mengeksplorasi pulau tersebut, dikarenakan berada terpisah dari daratan pulau Lombok, jarak tempuh dari pulau tersebut ke pusat kota pemerintahan kisaran 17.6 km. Waktu tempuh yang memakan waktu kurang lebih 3 jam, selain itu, perlu menyebrang dari daratan pulau Lombok menuju pulau tersebut kisaran 1 jam. Hal tersebut membuat pulau tersebut jarang di atensi oleh pemerintah setempat, menjadi pulau tertinggal dengan segala kekurangan alat medis dan Infrastruktur pendukung.

Namun Camat Keruak, Ahmad Subhan, SH seyogyanya telah membangun sinergitas kolaborasi bersama Pemerintah Daerah(Pemda)untuk mendorong Pemerintah Desa(Pemdes) setempat dan berharap dukungan dari Pemda untuk menjadikan desa tersebut sebagai Pulau Tenun, " ". Sebagaimana merupakan upaya dukungan dalam kemajuan pariwisata di Provinsi NTB khususnya di Lotim, mengingat pulau Maringkik masuk dalam desa wisata yang sudah memiliki Surat Keputusan(SK)pada tahun 2021 dari Bupati setempat.

Ahmad Subhan optimis bahwasanya desa wisata tersebut, kedepannya akan terkenal sebagai Pulau Tenun, namun tentunya membutuhkan proses yang serius dan juga perhatian dari berbagai pihak. Sebagai desa wisata berbasis bahari, tak sedikit wisatawan yang berkunjung kepulau tersebut, dari menikmati pantai, mencoba menenun sepereti masyarakat pulau pada umumnya, dan membeli kain tenun yang mereka sukai.

aries.id/e/fkl2022-blogger

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun