Mohon tunggu...
MUTIARA VENUS A.P
MUTIARA VENUS A.P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Mahasiswa prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urbanisasi Aktif, Ketersediaan Lahan Sulit

28 September 2022   20:43 Diperbarui: 28 September 2022   20:44 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

d. Efek dari terisinya lahan-lahan kosong tadi menyebabkan timbulnya bencana alam. Urban memanfaatkan lahan kosong dan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dialih fungsikan dari daerah resapan air hujan menjadi daerah pemukiman yang mengakibatkan banjir.

e. Pada akhirnya, di negara berkembang akan rusak tatanan kotanya. Kota-kota tidak siap untuk memberikan tempat hunian layak untuk populasinya, yang menjadi alasan munculnya kampung yang kumuh, liar, dan tidak tertata.

Layaknya efek domino, masalah-masalah ini berkaitan satu sama lain, mulai dari para urban yang tidak punya keahlian sehingga hanya menjadi beban bagi perkotaan yaitu pengangguran. Pengangguran ini tidak mendapat pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya misal memiliki hunian untuk mereka bertempat tinggal. Harga hunian layak di perkotaan yang harganya kian tinggi membuat para urban memilih hunian yang kurang layak, menimbulkan terciptanya golongan pemukiman kurang layak yang kesannya kumuh.  Taraf perekonomian yang rendah juga berdampak pada angka kriminalitas yang tinggi.

Kembali lagi ke permasalahan utama yang kita bahas, terkait terbatasnya lahan dan berakibat pada pemukiman kumuh. Menurut data dari Direktorat Jenderal Cipta Karya, sekitar 9,12% rumah tangga dari 64,1% juta rumah tangga di Indonesia tinggal di dalam kondisi rumah yang tidak layak huni. Terdapat 38.431 Ha kawasan permukiman kumuh perkotaan yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dengan populasi meningkat tajam antara tahun 2000-2010 dari 7400 orang per kilometer  persegi menjadi 9400 orang per kilometer persegi. 

Tercatat bahwa di Kota Jember daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi berada di Kecamatan Kaliwates, Kecamatan Sumbersari, dan Kecamatan Patrang. Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah berada di Kecamatan Tempurejo, Kecamatan Silo, dan Kecamatan Panti. 

Fenomena pemukiman kumuh yang terjadi ialah, tidak tecukupinya kebutuhan air minum/air bersih layak, dengan kondisi adanya daerah yang tidak terlayani jaringan perpipaan(PDAM) dan debit air rendah, khususnya pada musim kemarau air minum/bersih tidak tercukupi. Selanjutnya, tidak ada jaringan drainase karena keterbatasan lahan. Jaringan yang belum diperkeras(masih berupa tanah). Lebar jaringan jalan kurang dari 1,5 meter. Sistem persampahan yang kacau, yaitu sampah rumah tangga dibakar, sampah dibuang ke sungai, dan di tegalan. Tidak terlayaninya MCK(Mandi Cuci Kakus) pribadi sehingga kegiatan MCK banyak dilakukan di sungai dan tegalan. Dan yang terakhir ada ketidak sesuaian standart teknis MCK sehingga belum dilengkapi septictank.

Dari problem yang timbul tersebut, baiknya ada upaya pengembangan dan penanganan. Yang pertama mungkin bisa menciptakan hunian yang lebih apik agar terjaga keamanan dan keselamatan masyarakat sekitar. Menciptakan manajemen persampahan yang baik dan terorganisir. Meningkatkan kualitas jalan mulai dari perbaikan jalan hingga pengaspalan. Kualitas drainase ditingkatkan dan mengoptimalkan SPL yang terpisah dari saluran drainase. Dan yang terakhir ada menciptakan kawasan yang tanggap bencana untuk berjaga jika ada bencana alam tak terduga suatu saat nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun