Mohon tunggu...
Mutiara Tyas Kingkin
Mutiara Tyas Kingkin Mohon Tunggu... Freelancer - Educators

These are my collection of words to share with you. Hopefully, it will bring a good vibe to the readers.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meminum Air Darah Ibu

22 Desember 2022   17:00 Diperbarui: 22 Desember 2022   17:03 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan itu duduk di bawah pohon cemara bertumbuh jarang di halaman. Bersenandung sembari menjahit. Rambutnya kini beruban panjang. Aku mengenali suara itu. Ya, aku mengenalinya setiap malam duduk di meja jahit, bersautan dengan dengkingan nyamuk.

Aku menghampirinya perlahan-waktu berjalan melambat agaknya. 

Malam hari. 1998. Badai bergemuruh sangat dahsyat.  

***

Suara kilat menyambar-nyambar di luar. Dari bilik jendela yang kordennya berterbangan, terlihat hujan nyaris badai. Tampias air membasahi sebagian lantai kamar. Si bidan jangkung, dibantu perawat asistennya sibuk menyelamatkan sebuah nyawa yang akan mengarungi dunia.

"Ayok bu, sedikit lagi. Tarik napasnya kuat-kuat..."

"Sakit, dok..."

Sebelum ada kelahiran baru, tentu ada harga nyawa yang perlu dibayarkan sebelumnya. Kain putih berenda biru, sekarang berbau amis penuh darah. Mereka, masih saja-berusaha menyelamatkan satu nyawa yang entah apa kelak tujuannya dilahirkan?

Aku tidak tau betul rasanya, ketika sentuhan lembut itu pertama kali mendekap pori-poriku. Mungkin, tubuhku yang telanjang sedikit hangat dengan deru napas yang sangat dekat saat memeluk. Atau, jika aku ingat tubuhku sedikit terkena percikan air yang menetes. Air? Entahlah-aku tidak paham.

"Selamat bu, anaknya perempuan. Cantik."

Dimulailah-sebuah kehidupan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun