Bagaimana tidak? Ketika aktivitas masyarakat melumpuh, otomatis kegiatan semacam produksi, konsumsi dan distribusi menjadi mogok. Tak pelak, industri-industri berbagai sektor banyak yang mengalami kerugian, begitu pula dengan sektor UMKM.
Di sekitar lingkungan saya misalnya, setiap hari minggu dan Rabu biasanya akan ada pasar tumpah yang ramai. Berbagai dagangan mulai dari pakaian, kuliner, mainan hingga sayuran tersedia lengkap dan ramai pembeli.
Setelah pemberlakuan WFH selama sebulan lebih, pasar tumpah yang ada di kota saya tak beroperasi. Padahal banyak produk dari UMKM yang terjual disana. Apabila ini dibiarkan berlanjut, kerugian akibat mandeknya aktivitas jual beli ini bisa beruntun.
Tak mau itu berlangsung lama, berbagai pihak mulai take action dan berinisiatif untuk melindungi UMKM. Melindungi mereka berarti andil dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia. Sebab, kita tahu bahwa hampir 96% perekonomian Indonesia ditopang oleh keberadaan usaha mikro dan menengah.
Nah, Â melihat adanya ketidakpastian ini, maka tak heran jika pemerintah gencar mengajak kita semua untuk memakai produk-produk lokal. Pemerintah juga berupaya memberi stimulus dana sebesar Rp 150 triliun kepada UMKM melalui lembaga perbankan. Nantinya kucuran modal akan diberikan kepada para pemilik UMKM yang memenuhi syarat.
Sudah saatnya UMKM bertransformasi ke ranah digital
Semenjak pandemi Korona merebak, tak bisa dipungkiri bahwa tren belanja masyarakat mulai berubah. Smartphone dan produk-produk pembayaran digital mulai laris manis digunakan sebagai alat untuk bertransaksi. Penggunaan aplikasi belanja pun mengalami kenaikan hingga 300 persen. Konsumen banyak membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan, produk kesehatan, pakaian, hingga barang-barang bekas melalui platform belanja online di smartphone.
Berkenaan dengan belanja online, ada hal menarik ketika saya mengikuti trending #BanggaBuatanIndonesia beberapa waktu lalu. Terlihat tiap marketplace juga turut meramaikan Gerakan ini. Mereka mempromosikan produk-produk yang dibuat UMKM berupa kuliner, seni kriya, produk fesyen dan sebagainya.
Sebenarnya ini merupakan sinyal positif bahwa sudah saatnya UMKM bertransformasi dari penjualan (hanya) secara  offline menjadi online via platform-platform digital. UMKM harus memperluas promosi dan distribusi produk mereka supaya lebih dikenal. Otomatis, perbaikan produk juga harus diberlakukan supaya konsumen tertarik untuk membeli. Dari segi packaging, harga, hingga daya tahan produk.