Mohon tunggu...
Mutiara Anindhita
Mutiara Anindhita Mohon Tunggu... Mahasiswa - mutiara

dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah SSBI -Mahasiswa FISIB Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura-

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kepadatan Penduduk Melahirkan Masalah di Jakarta

18 Juni 2021   12:22 Diperbarui: 18 Juni 2021   12:49 3226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jakarta merupakan kota metropolitan sekaligus Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga tidak heran apabila Jakarta memiliki penduduk dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk DKI Jakarta per September 2020 tercatat sebanyak 10,56 Juta Jiwa.

Berdasarkan sensus Penduduk tahun 2020, BPS menetapkan wilayah Jakarta Timur menjadi area terpadat dengan presentase sebesar 28,76 persen. Selanjutnya yang menduduki peringkat ke-2 adalah wilayah Jakarta Barat dengan persentase 23,05 persen. Lalu Jakarta Selatan dengan persentase sebesar 21,08 persen, Jakarta Utara dengan persentase sebesar 16,84 persen, Jakarta Pusat sebesar 10,01 persen, dan yang terakhir adalah Kepulauan Seribu dengan jumlah persentase yaitu 0,26 Persen.

“Diantara 10,56 juta jiwa penduduk Jakarta, sebanyak 28,76 persen atau sekitar 3,04 juta jiwa, tinggal di Jakarta Timur,” Tulis Pemprov DKI Jakarta melalui akun resmi Instagram @dkijakarta, dikutip Senin (15/2/2021)

Kondisi dan situasi yang dihadapi saat ini tidak lain terjadi karena adanya pengaruh dari globalisasi serta pandemic virus Covid – 19 yang tak kunjung selesai hingga saat ini. Dimulai dari tahun 2019 hingga sekarang belum mencapai titik penyelesaian. Berbagai masalah terjadi di Indonesia terutama di Kota Jakarta akibat adanya pandemic Covid – 19.

Beberapa negara di dunia kini mengalami kesulitan dalam mencari tempat tinggal dan melakukan migrasi ke berbagai negara yang salah satunya adalah Indonesia. Jutaan imigran dari berbagai negara seperti China dan India tercatat berdatangan ke Indonesia.

Sebanyak 85 warga negara asing (WNA) asal China tiba di Indonesia menggunakan pesawat sewaan di Bandara Soekarno – Hatta pada 4 Mei 2021 lalu. Berdasarkan penuturan dari Direktur Jendral Imigran Kementrian Hukum dan HAM, Jhoni Ginting menegaskan bahwa kedatangan imigran tersebut sudah memenuhi aturan keimigrasian dan aturan perjalanan internasional pada masa pandemic Covid – 19. Sedangkan imigran dari India tercatat sekitar 454 jiwa yang masuk ke Indonesia dengan melewari Bandara Soekarno – Hatta pada 11 – 12 April 2021.

 “Penanganan setiap WNA yang datang ke Indonesia telah mengikuti aturan Satgas Covid – 19,” kata Jhoni dalam keterangan tertulisnya yang diterima oleh merdeka.com, jumat (7/5) malam.

Kedatangan para imigran tersebut menambah jumlah penduduk di Indonesia terutama di DKI Jakarta sebagai ibu kota negara. Sebagai pusat infrastruktur dan perekonomian tidak heran apabila Jakarta menjadi pusat bagi para pendatang untuk menggantungkan hidupnya demi mencari sesuap nasi untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri maupun keluarga di kampung halaman. Tetapi di balik itu semua terdapat sisi negatif yang timbul akibat dari adanya arus urbanisasi serta imigran yang berdatangan ke Jakarta.

Kepadatan penduduk di Jakarta ini salah satunya disebabkan karena adanya arus urbanisasi secara besar – besaran baik dari masyarakat domestic maupun luar negeri yang berbondong – bondong pindah serta menetap di Jakarta dengan waktu yang lama.

Dampak dari adanya pendatang dan imigran dari berbagai negara maupun local adalah jumlah pertambahan penduduk per kepala yang melonjak tinggi sehingga menyebabkan kepadatan penduduk yang berlebihan di kota Jakarta. Kepadatan penduduk yang diakibatkan oleh para imigran serta pendatang dari berbagai daerah di Indonesia dan menetap ini melahirkan berbagai masalah di Kota Jakarta.

 Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di Jakarta dapat melahirkan berbagai masalah baru di wilayah kota DKI Jakarta seperti kriminalitas yang tinggi, angka kemiskinan serta pengangguran yang semakin meningkat, pemukiman kumuh dan illegal bermunculan, kesenjangan sosial, keterbatasan dalam penyediaan tenaga pekerjaan, kualitas hidup penduduk yang rendah, angka matian penduduk meningkat drastis, dan penyebaran penyakit serta terjangkitnya masyarakat dengan kasus positif paparan virus Covid – 19 yang semakin tinggi setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun