Mohon tunggu...
Mutiara CahyaNurani
Mutiara CahyaNurani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sosiologi Universitas Jember

"Hidup adalah soal mengambil pilihan. Ada yang akan kita sesali, akan ada yang kita banggakan, ada yang akan menghantui kita selamanya. Bagaimanapun kita adalah pilihan-pilihan yang kita lakukan." - quarter life crisis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bullying Teman Sebaya Mengakibatkan Seorang Difabel Putus Sekolah

18 November 2022   14:20 Diperbarui: 18 November 2022   14:34 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eko Okta Galuh (Difabel Tuna Daksa yang membantu menjaga warung milik ibunya) Dokpri

Bullying merupakan perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman dan terluka, perlakuan tersebut dapat terjadi secara berulang ulang. Bullying marak terjadi di berbagai tempat salah satunya di lingkungan sekolah. 

Tidak hanya terjadi terhadap orang normal saja, hal ini juga dapat dialami oleh orang - orang yang memiliki kebutuhan khusus atau biasa disebut dengan difabel. 

Difabel ini biasanya yang sering mengalami bullying di lingkungan sekolah. Adanya bullying tersebut membuat kaum difabel yang sedang menempuh pendidikan tersebut merasa takut dan malu sehingga bisa mengurangi semangatnya untuk melanjutkan bahkan menempuh pendidikan yang lebih tinggi. 

Fenomena tersebut dialami oleh salah satu difabel bernama Eko Okta Galuh atau sering di panggil Eko (33 tahun) yang tinggal di Desa Sumberdandang Kecamatan Pakusari bersama dengan Ibu dan kedua adiknya. 

Eko sendiri merupakan seorang tuna daksa, yaitu kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan sehingga membutuhkan alat khusus berupa kursi roda dan membutuhkan bantuan dari orang-orang sekitarnya untuk beraktivitas. 

Dalam segi pendidikan, ia pernah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kertosari 3 namun hanya mampu bertahan sampai kelas 2 SD saja. Hal itu dikarenakan ia sering kali menerima bullying dari teman sebayanya sewaktu di sekolah, yang mengakibatkan kurang percaya diri. 

Saat mendapatkan bullyan disekolah, peran guru dinilai baik karena sang guru selalu sigap dalam melerai bahkan tidak segan memberi teguran atau sanksi kepada mereka yang membullynya. 

Namun, hal itu tidak membuat teman-temannya jera, ia tetap saja mendapatkan bullyan berulang-ulang kali hingga pada akhirnya merasa dikucilkan dan memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya. 

Ia sempat berkeinginan untuk melanjutkan sekolah di SLB tetapi faktor ekonomi dan letaknya yang jauh berada di pusat kota membuatnya merasa kecil hati untuk melanjutkan pendidikan di SLB. 

Eko bercita-cita ingin menjadi seorang polisi, tetapi karena keterbatasan yang dimiliki ia mengurungkan niatan tersebut. Saat ini kesehariannya hanya membantu menjaga warung milik ibunya. 

Ia juga berkeinginan mendapatkan penghasilan sendiri, namun Eko berpikir tidak ada pekerjaan yang cocok untuknya mengingat hanya bersekolah sampai kelas 2 SD saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun