Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makna Hujan di Persimpangan Tiga

1 Januari 2022   23:56 Diperbarui: 1 Januari 2022   23:59 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiruk pikuk di jalan Simpang Tiga semakin menjadi saat hujan turun. Meskipun awan mendung, kilat serta guntur sudah mengabarkan kedatangannya. Namun tetap banyak orang yang terkejut dan tidak siap akan kehujanan. Bunyi klakson mobil dan motor bersahutan menjadikan energi panas yang terasa sebelum hujan tak kunjung sirna.

Di sisi jalan sebelah kiri, tampak seorang gadis baru turun dari bus metromini. Ia berlari kecil ke halte tak jauh dari tempatnya berhenti dan hampir menabrak bocah lelaki kurus yang berdiri di depan halte. 

"Maaf," ucap gadis itu tanpa memperhatikan pada objek tertabrak. Setelah mencapai halte dan memastikan dirinya tak kehujanan, gadis itu baru menyadari siapa yang ditabrak olehnya.

Anak lelaki berumur sekitar sembilan tahunan menggigil kedinginan dengan sebuah payung besar berwarna hitam di tangannya. Seketika gadis itu teringat dulu sering sepayung berdua dengan kekasihnya sepulang sekolah. Gadis itu menerawang menatap langit yang berwarna putih kegelapan. Kemudian menengadahkan telapak tangan kanan dan menangkap dinginnya tetesan air hujan. Bibir tipisnya mengembangkan senyum tetapi binar matanya perlahan meredup.

"Ojek Payung, Kak?" tawar bocah lelaki  pada gadis berambut panjang yang baru saja menabraknya. 

"Oh, iya. Ke kafe seberang yah," jawab gadis itu tergagap. Matanya membulat, kemudian tergesa mengeringkan tangan dengan sisi bajunya.

Bibir kebiruan milik bocah lelaki  tersenyum lebar, saat tawarannya bersambut.

"Ini, Kak," ucap bocah itu sambil menyodorkan payungnya.

"Ayo, kamu ikut aja," ajak gadis itu setelah payung besar berpindah ke tangannya.

"Enggak, Kak. Nanti kakak basah," jawab bocah itu sembari berjalan di belakang gadis yang menyewa payungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun