Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tak Terduga

18 Mei 2021   17:21 Diperbarui: 18 Mei 2021   17:26 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Istock Pixabay

Melihat keadaan suaminya, Ani semakin histeris. Ia tak lagi peduli dengan orang-orang di sekitar. Seribu perasaan cemas mengambil alih, otak dan perasaannya. 

"Innlillahi wa innailaihi rojiun, sudah gak ada ini mah," ucap salah seorang setelah memeriksa nafas dan denyut Nadi Samtos. 

"Panggil, Bu Bidan saja untuk memastikan," sahut yang lainnya. 

Sepuluh menit berselang Bu Bidan datang dan menyelinap masuk melewati para tetangga yang telah memenuhi rumah Ani. Wajah-wajah layu terlihat di setiap orang yang hadir. Kemudian satu persatu mengorganisir diri menyiapkan segala keperluan jenazah Samtos. Setelah Bu Bidan menyatakan bahwa suami Ani telah meninggal. 

Pagi itu juga seisi komplek bergerak membantu. Bapak-bapak dan ibu-ibu menyiapkan segala keperluan memandikan dan mensalatkan jenazah yang rencananya akan dipulangkan ke kampung halaman. Beberapa orang sibuk mencari mobil Ambulan dengan mengontak beberapa LSM yang menyediakan mobil dengan biaya cuma-cuma. Sementara ibu-ibu yang dekat dengan Ani berusaha menghibur dengan terus mendampingi. 

Ani masih memeluk suaminya saat jenazah Samtos hendak dimandikan. Setelah ditarik paksa, wanita itu dibawa ke kamar dan dibiarkan menangis. Sesekali ia berhenti hingga kemudian tangisnya kembali pecah saat ada tetangga perempuan berkunjung dan menanyakan pertanyaan basa-basi penyebab kematian Samtos. 

"Yang sabar," ucap perempuan-perempuan itu. Setelah rasa penasaran mereka terpenuhi dan kembali membuat Ani kembali menangis mengingat bagaimana kepergian suaminya. Entah hingga berapa kali hal itu kembali terulang. Ani yang telah tenang kembali menangis histeris tatkala ada yang datang dan bertanya mengani bagaimana samtos meninggal. 

Selepas waktu dzuhur mobil jenazah telah terpakir di depan Rumah Ani. Beberapa kawan dekat telah siap mengantar dan mengawal kepulangan jenazah Samtos ke kampung. Untuk dikuburkan di pemakaman keluarga. 

Ani telah lebih tenang dari sebelumnya. Meski berat ia mulai bisa mengikhlaskan kepergian suaminya yang tak terduga. Sembari menyaksikan jenazah Samtos dinaikan ke Ambulan, kelebat kenangan silih berganti terkembang di layar ingatannya. 

Bagaimana ia saat bercanda dengan suaminya tentang siapa yang akan terlebih dahulu pergi. 

"Kamu masih muda, jika aku meninggal nikahlah lagi," ucap Samtos beberapa malam lalu kembali terngiang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun