Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tak Terduga

18 Mei 2021   17:21 Diperbarui: 18 Mei 2021   17:26 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Istock Pixabay

Ani menghampiri suaminya yang masih pulas di ranjang. Air menetes dari ujung-ujung rambutnya yang basah. Sengaja, ia mengambil sejumput rambut dan menempelkan pada pipi suaminya. Membuat pria berkulit putih itu terkejut dan membuka mata. 

"Sayang, jahil ya kamu," ucap Samtos sambil menarik tubuh Ani ke dalam pelukan dan bergulat di ranjang. 

"Mau lagi," ucap Samtos membuat pipi Ani bersemu merah. 

"Iihhh, sana Mandi," tolaknya halus dengan menyembunyikan kembang di sudut hatinya. 

Samtos bangkit setelah sebelumnya mengecup lembut kening istrinya. Sepeninggal suaminya, Ani masih merasakan buncahan perasaannya. Setelah kembali normal, kemudian ia bangkit dan bergegas ke luar kamar. 

"Pah, mamih cari sarapaan dulu yah," teriak Ani di depan pintu kamar mandi. Meski tak ada sahutan ia yakin suaminya mendengar. Kemudian ia berjalan ke arah keluar membuka pintu yang masih terkunci. Baru membuka pintu, ada rasa enggan untuk melangkah. Ia menoleh kembali ke pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Terdengar gemericik air kran yang berlomba dengan suara gelak tawa ibu-ibu di luar rumahnya. Membuat otaknya yang sedang mengingat sarapan langsung memerintah untuk segera menyambangi arah suara. 

Tak lebih dari lima belas menit, Ani telah sampai di depan rumahnya. Perlahan pintu berderit saat daun pintu ia dorong perlahan. Tampak ruang tamu sekaligus ruang tengah saat pintu terbuka. Hening. Pintu kamar masih terbuka seperti saat ia tinggalkan. Demikian juga dengan pintu kamar mandi, tetapi tak terdengar suara apa pun. Membuat jantungnya berdetak keras. Seketika rasa cemas menggerogoti hatinya. 

"Pih," panggilnya. Namun tak ada sahutan. Sedetik kemudian terdengar tarikan nafas keras dari dalam kamar mandi membuat hati Ani seakan melompat jatuh. 

"Papih!" 

Keringat dingin berlomba mengnitip di pori-pori keningnya. Rasa cemas menyita seluruh tenaga hingga lututnya lemas dan terduduk di depan kamar mandi. Terdengar lolongan minta tolong, yang tanpa ia sadari meluncur dari mulutnya sendiri. Membuat ibu-ibu yang tengah bergosip dengan tetangganya di teras-teras rumah terkejut dan menyambangi sumber suara. Bukan hanya ibu-ibu, Bapak-bapak juga anak-anak berdatangan ke rumah Ani  untuk mengetahui apa yang terjadi. 

Ani duduk bersimpuh di depan kamar mandi dengan berurai air mata. Membuat Beberapa laki-laki maju untuk mendobrak pintu, setelah menggeser Ani agar sedikit menjauh. Dua kali percobaan pintu kamar mandi terbuka karena dipaksa. Terlihat Samtos terduduk di lantai dengan bersandar di dinding, seperti orang tertidur karena kelelahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun