Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tetangga Baru

9 Mei 2021   05:35 Diperbarui: 9 Mei 2021   06:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Pixabay

Tetangga Baru

Derit gerbang besi rumah sebelah terdengar memecah kesunyian. Aku yang baru terlelap terbangun kembali. Ada rasa penasaran mendorong tuk sekadar mengintip dari jendela. Terlihat mobil warna putih memasuki halaman. Ya, pasti merekalah penghuni baru rumah sebelah.

Mobil berhenti di tengah halaman. Pelan pintu depan sebelah kiri terbuka. Kaki jenjang seorang wanita terlihat turun. Pandanganku beralih ke pintu belakang, seorang anak perempuan kisaran umur lima tahun telah berada di luar mobil. Ia lepas dari pengamatan karena sejenak tadi mataku hanya tertuju pada ibunya atau mungkin kakaknya karena, wanita itu terlihat masih muda dan cantik.

Gadis kecil itu tersenyum lebar, biasanya anak seusianya langsung muram begitu melihat lingkungan rumah ini, tetapi ia justru terlihat senang. Tak kalah cantik dengan wanita dewasa tadi, gadis kecil itu punya karisma tersendiri. Tiba-tiba ia menoleh, reflek kututup tirai jendela menyembunyikan diri.

Saat kubalikkan badan, ibu telah berada di belakangku. Ia tersenyum sementara tangannya disilangkan di dada.

"Tidak ikut campur dan hidup masing-masing adalah cara terbaik untuk bertetangga dengan penghuni sebelah, siapa pun mereka," ucap ibu mengingatkan. Ya, itulah peraturan tak tertulis keluarga kami.

Sudah puluhan tahun tinggal di sini, rumah sebelah telah berganti-ganti penghuni. Akan tetapi tak pernah sekali pun kami saling menyapa. Sekadar tahu keberadaan mereka, itu saja. Namun, gadis kecil itu mempunyai aroma berbeda, sayang untuk sekedar tahu. Aku ingin melakukan hal lebih, dari sekadar melihat dan mengamati.
****
Semenjak rumah sebelah berpenghuni, tak hentinya aku mengintai mereka. Gerak-gerik serta kebiasaan anggota keluarga itu aku sudah tahu persis, bahkan sesuatu yang tak mereka sadari sekali pun. Menyerupai salah satu dari mereka bukanlah hal yang sulit.

Senja hampir habis ditelan malam. Gadis kecil itu tengah bermain sendirian, aku menghampirinya.

"Aurora, aku temani main, yah?"

Gadis kecil itu tampak terkejut melihat kehadiranku. Binar matanya tampak menyelidik, tetapi kemudian ia tersenyum. Melegakan. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam rumah.

"Sayang! Masuk mau Maghrib."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun