Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surga yang Terlupakan

4 Mei 2021   17:32 Diperbarui: 4 Mei 2021   17:57 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya udah, Arin berangkat dulu ya, Nisa udah jemput."
Setelah mencium punggung tangan Bu Mirna yang mulai dihiasi keriput, Arini bergegas keluar meninggalkan Bu Mirna.

Di sisi lain ia bangga putrinya aktif kegiatan kampus juga rajin mensyiarkan agama. Namun sering kali ia kecewa, putrinya seakan tak pernah peduli kerepotan dirinya di rumah, semenjak menjadi aktifis da'wah.

"Aduh!"

Bu Mirna sadar dari lamunannya kemudian, bergegas menjajakan dagangan di pinggir jalan depan rumahnya. Meski sedikit terlambat, ia tetap harus membuka warung nasi uduk dan Ketoprak miliknya itu
****

Motor matic yang dikendarai Nisa dan membonceng Arini telah sampai di parkiran kampus. Bergegas keduanya ke Masjid. Sebagai ketua panitia, Arini hanya bertugas mengontrol. Semua job sudah ada yang bertugas. Setelah semua beres Arini duduk di antara para jamaah mengikuti acara.

Lantunan ayat suci Al-qur'an terdengar merdu, pertanda acara telah dimulai. Kemudian dilanjutkan sambutan-sambutan hingga tiba pada segmen akhir yaitu acara inti dan doa.

Ustazah Qurota Ayun LC telah maju dan duduk menghadap jamaah. Kali ini bahasan utama adalah tugas dan kewajiban seorang istri.

Mengawali ceramahnya, Ustadzah muda itu menyebutkan sederet prestasi dan jenjang karier. Satu yang membuat Arini mengernyitkan dahi. Ibu rumah tangga di sebutkan  sebagai jabatan utama ustadzah.

"Mungkin di antara kalian ada yang bertanya-tanya, kenapa jabatan sebagai ibu rumah tangga saya tulis sebagai jabatan dan tugas utama." Wanita cantik yang juga seorang dosen itu menatap seluruh jama'ah putri, kemudian melanjutkan.

"Ya saya seorang istri juga seorang ibu, tugas utama saya ya di rumah mengurus suami, anak-anak dan rumah. Jangan sampai terbalik ya. Dosen, guru, sekertaris itu adalah kerja sampingan saja. Begitu pula , mbak-mbak, eneng-eneng, teteh-teteh semuanya, sekarang yang masih lajang sama saja. Tugas utama kalian adalah menjadi seorang anak. Jangan sampai tugas kampus dan tugas lainnya membuat lalai lupa untuk berbakti pada orang tua. Sebelum berangkat ke kampus usahakan membantu dulu pekerjaan orang tua di rumah. Membantu orang tua itu ibadah loh ya, lalu apa itu artinya tidak boleh aktif di luar? Oh tentu tidak, hanya saja jangan sampai kalian lupa mengejar surga yang jauh tetapi lupa dengan surga yang dekat."

Pendengaran Arini makin lama kian mengabur, air mata deras mengalir di pipinya. Dirinya merasa tertampar. Bagaimana tidak? Selama ini, ia sama sekali tak pernah membantu ibunya di rumah. Berangkat pagi pulang malam. Bahkan di hari ia merasa sangat sibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun