Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rasa Takut Semakin Bercokol Akut

27 Januari 2021   23:52 Diperbarui: 28 Januari 2021   00:03 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear Diary, malam ini kuceritakan padamu tentang keresahan yang lama terpendam. Bukan tentang cinta dalam diam atau ingatan akan mantan. Akan tetapi ini tentang fenomena yang terjadi saat ini. Semakin mencoba bersikap biasa semakin terpikirkan. Bagaimana mungkin  aku lupa, sementara media terus saja menggaungkan di setiap waktu. 

Ry, tahukah kamu semakin kesini aku semakin ragu dan takut untuk divaksin?

Bagaimana tidak ragu, tadi pagi saya baru saja membaca berita. Di mana Presiden kita merasa berduka karena Indonesia masuk 1 juta kasus Corona. Padahal baru sehari kemarin beliau mengatakan syukur bisa kendalikan krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Kenapa beliau terkesan plin plan seperti ini, ya Ry? Apa yang sebenarnya terjadi?

Disaat mulai optimis, di saat harapan melambung, kembali dirundung keraguan

Salahkah aku yang awan ini merasa takut dan ragu?

Meskipun kemarin lalu beliau telah mencontohkan pemberian vaksin pada dirinya dan hingga detik ini, beliau baik-baik saja. Akan tetapi hal ini tak bisa dijadikan pegangan. Karena setahu saya vaksin adalah virus yang dilemahkan. Kemudian diberikan ke tubuh agar kita menjadi kebal terhadap virus tersebut. Sedangkan setiap kondisi tubuh setiap orang itu berbeda. Bagaimana jika tubuhku tak kuat melawan, bukankah akan semakin fatal?

Belum lagi ada ribuan informasi yang tersebar di seluruh media tentang teori konspirasi. Ditambah tadi pagi saat membaca pesan dalam grup whatsapp pemberian vaksin di lapangan banyak ditemukan ketidakjelasan. Hal ini telah dialami langsung oleh teman saya.

Ry, apakah aku pengecut karena merasa takut?

Namun, Ry, yakin aku tak sendiri. Banyak di luar sana yang merasakan hal serupa. Entah karena tidak peduli atau mencoba menenangkan diri dari rasa cemas yang membelenggu. Mungkin juga karena pusing memikirkan harga-harga ya g melambung tinggi.

Eh, tapi Ry. Memangnya vaksin akan diberikan pada seluruh rakyat tanpa terkecuali? Aku kan masyarakat biasa. Tak bekerja di mana pun. Kegeeran ya, Ry? Memangnya vaksin akan dibagikan secara cuma-cuma? Ah, sudahlah untuk apa juga takut memikirkan yang belum terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun