Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatanku: Jilbab dari Masa ke Masa

25 Januari 2021   07:10 Diperbarui: 25 Januari 2021   07:17 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatanku: Jilbab dari Masa ke Masa

Jilbab. Banyak makna dari satu kata benda ini. Setiap yang memaknainya membawa pemikiran dan prinsip mereka sendiri. Jika melihat ke KBBI maka jilbab berarti kerudung lebar yang dipakai perempuan muslim untuk menutupi bagian leher sampai dada.

Hampir bisa dipastikan yang memakai jilbab adalah perempuan muslim tetapi tidak semua wanita muslim memakai jilbab meskipun itu kewajiban, khususnya di Indonesia. Saya sendiri mengenal jilbab sejak kecil tetapi istiqomah setelah lulus SMA.

Jilbab selalu punya cerita yang berbeda dari masa ke masa. Saat saya masih SD, jilbab tidak populer seperti sekarang ini. Masih segar dalam ingatan saat pertama kali mengikuti kegiatan PHBI di sekolah. Saat itulah sekolah mewajibkan untuk memakai pakaian muslim. Ternyata hal itu menggemparkan karena kami tidak mempunyai pakaian muslim (dulu disebut baju kurung).

Untuk pertama kalinya kami ke sekolah dengan memakai jilbab. Betapa hebohnya anak-anak waktu itu melihat penampilan teman-teman yang berbeda dari biasanya. 

Tak terkecuali saya yang waktu itu memakai jilbab terusan warna hitam hasil pinjam punya bibi yang tinggal di sebelah rumah. Menjadi pusat perhatian, karena model itu masih langka. Kebanyakan memakai kain yang ditempelkan di kepala tanpa peniti. Meskipun pakai rok panjang dan baju pendek yang tak sesuai kriteria pakaian muslim. Hal itu tidak menjadi soal karena memang pakaian muslim masih asing di kalangan anak-anak. 

Sejak tahun itu, baju kurung menjadi model Alisan (stelan celana panjang, baju panjang dan jilbab) tren di musim lebaran. Hingga pada saat PHBI kami tak lagi kesulitan saat diharuskan memakai baju Muslim. Seingat saya, itulah tonggak awal jilbab dan pakaian muslim mulai membudaya.

Selain karena kegiatan PHBI di sekolah, digalakkannya madrasah pada sore hari menjadi pemicu budaya pakaian muslim. Karena mau tidak mau, pakaian itu menjadi kebutuhan.

Setelah tahun 1998, jilbab di Sekolah-sekolah umum sudah mulai eksis meskipun masih dalam hitungan jari. Namun pada tahun 2000 jilbab sudah menjadi tren. Meskipun di keseharian tidak memakai jilbab tetapi saat pergi ke sekolah memakainya.

Namun, hanya jilbab-jilbab biasa yang masih dianggap wajar. Sebab pada tahun 2002 (cadar) masih sangat langka. Teringat betul ada kejadian cukup menggemparkan saat pulang sekolah. Di terminal ada seorang perempuan bercadar, saat dia naik ke dalam bisa yang saya tumpangi. Seluruh penumpang sontak terkejut dan menatap perempuan itu dengan rasa takut dan curiga karena berpikir tentang teroris. Ketika turun dari bus, kami (saya dan teman-teman) menjadikan perempuan bercadar itu menjadi bahan obrolan. Hal itu terjadi terkait kasus bom Bali.

Setelah memasuki dunia kerja jilbab saya rasakan semakin eksis. Bahkan pada tahun 2003 di pabrik elektronik tempat saya bekerja, disediakan seragam khusus yang memakai jilbab. Meskipun tidak semua pabrik menyediakan dan bahkan ada juga pabrik dan mall yang melarang memakai jilbab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun