Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary, Baper Kisah Perselingkuhan

18 Januari 2021   13:28 Diperbarui: 18 Januari 2021   13:28 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear Diary

Ry, apa aku terlalu terbawa perasan? Sungguh ingin rasanya menyiram lelaki itu dengan seember air atau melemparnya dengan sendal. Sayang lelaki itu cuma muncul dengan dalam kotak hitam yang aku pegang karena jauh ia berada di seberang.

Dia sahabatku, bercerita banyak tentang skandal perselingkuhan. Sebagai penulis, seharusnya hal ini bisa dijadikan bahan tulisan. Namun yang terjadi sebaliknya, aku kehilangan selera mengolah kisah ini menjadi fiksi yang menarik.

Aku marah dengan kelakuannya, yang terus saja berhubungan dengan wanita itu. Dan aku juga sedih mengingat bagaimana istri dan anaknya. Kalau aku yang berada di posisi istrinya tentu memaafkan itu sangat berat. Jijik, ya, itu rasa yang tertinggal di benak.

Aku juga tak habis pikir dengan wanita selingkuhannya itu. Bisa-bisanya ia menyatakan cinta pada pria yang jelas-jelas telah berkeluarga. Bukankah hal itu sama saja menggali kubur sendiri? Seharusnya ia tahu, akan berakhir seperti apa bila rasa cinta itu dipelihara. Tetap berhubungan tanpa kejelasan? Menjadi istri kedua atau menjadi orang ketiga dalam kehancuran rumah tangga orang lain. Atau memang dia jelmaan penyihir yang tega menumbalkan hati perempuan lain? Atau memang cinta segila itu, Ry? Entahlah, aku tak tahu jawaban untuk semua pertanyaan itu.

Ry, seharusnya aku tak ceritakan ini, ya? Namun dadaku sesak sendiri mengingat itu. Membayangkan saja tak sanggup. Semoga hal ini tak pernah terjadi padaku.

Ternyata cinta memang bukan untuk main-main. Meski awalnya itu hanya iseng semata (pengakuan pria) nyatanya saat dijalani syaitan dengan mudah masuk dan menabur bunga-bunga asmara. Mereka si pria dan wanita berpikir, 'mungkinkah ini cinta sejati hingga teramat sulit melepaskan meskipun hati menginginkan.'

Ry, terkadang aku berpikir. Untuk apa aku peduli dan ikut pusing dengan masalah mereka. Namun aku berpikir lagi. Mungkin agar aku dan semua yang membaca tulisan ini belajar dari kesalahan mereka. Bahwa, apapun alasannya tak bisa dibenarkan yang namanya perselingkuhan. Akan banyak yang jadi korban. Terlebih buah hati yang tak mengerti situasi. Jika sampai terjadi perceraian. Si anak akan dicap sebagai anak brokenhome. Sekecil apapun kenakalan yang ia lakukan, akan selalu dikaitkan dengan latar belakang kehancuran keluarganya.

Ry, jujur saja aku ragu dengan kesungguhan pria untuk mengakhiri kisah cinta segitiganya. Untuk memblokir kontak wanita ketiga saja ia bilang tak tega. Bukankah dengan terus membalas pesan-pesan itu hati wanita semakin berbunga dan yakin hati si pria masih ada untuknya? Bukankah dengan ketidak tegaan itu justru ia tega menyakiti hati wanita, istri dan anaknya? Sungguh aku tak habis pikir dengan makhluk yang katanya berakal sembilan ini.

Ry, sudahlah. Setidaknya beban pikiran berkurang menceritakan ini semua padamu. Sekadar menasehati hanya itu yang bisa kulakukan. Kalau bukan karena ia sahabat sudah lama kutinggal dia minggat. Namun apa boleh buat mungkin inilah gunanya sahabat agar saling memberi nasihat.

Ry, terima kasih semoga ceritaku bermanfaat.

Ruji, 18 Januari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun